Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tahun Lagi, RI Defisit Energi Tiga Juta Barrel Per Hari

Kompas.com - 15/04/2015, 10:01 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Josaphat Rizal Primana mengatakan, pemerintah harus mengubah paradigma energi sebagai sumber penerimaan negara.

"Kita penuhi dulu energi di dalam negeri, sebelum energi diekspor untuk mendapatkan devisa," kata Josaphat dalam sebuah diskusi, Jakarta, Selasa (14/4/2015).

Dia menuturkan, di tahun 2019 mendatang masyarakat Indonesia akan mengonsumsi energi sebanyak 2.000 juta barrel per tahun, atau setara 5,5 juta barrel per hari (bph). "Kalau produksi minyak hanya 0,8 juta bph, dan gas hanya 1,2 juta bph, artinya hanya tersedia 2 juta bph. Yang 3 juta bph lebih kekurangannya itu akan kita dapat dari mana?" kata Josaphat.

Oleh karenanya, Bappenas meminta pemerintah untuk mengubah paradigma, tidak lagi melihat energi sebagai komoditas untuk mengisi kas negara seperti selama ini. "Penerimaan negara tidak boleh mengandalkan migas," ucap dia.

Josaphat melihat selama ini pemerintah masih memperlakukan energi dengan paradigma lama. Indikator pertamanya yakni, Indonesia menjadi eksportir besar dunia untuk batu bara dan gas.

Padahal, kata dia, cadangan batu bara Indonesia hanya 3 persen dari cadangan total dunia, sementara cadangan gas hanya 2,6 persen. Sementara itu, indikator kedua yakni ketersediaan energi nasional sangat rendah.

"Di satu sisi kita ekspor energi, tapi pemenuhan energi nasional masih rendah," ujar Josaphat.

Rendahnya pemenuhan energi nasional bisa dilihat dari konsumsi energi listrik nasional yag rata-rata hanya 650 kilowatt hour (kWh) per kapita. Angka ini jauh di bawah Vietnam (1.000 kWh per kapita), Malaysia (3.000 kWh per kapita), apalagi Singapura (5.000 kWh per kapita).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com