Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembangkan Energi Baru Terbarukan, ESDM Minta Rp 10 Triliun

Kompas.com - 18/04/2015, 22:49 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan anggaran kementerian sebesar Rp 25 triliun dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Menteri ESDM Sudirman Said menerangkan usulan kenaikan yang drastis tersebut untuk pembangunan energi baru terbarukan (EBT) dan konservasi energi.

“Ini angka yang sedang kita olah dan kemudian diajukan. Tentu saja nanti keputusannya, pertama tergantung Presiden dan kedua tergantung Badan Anggaran. Tetapi, idenya kita akan melakukan perubahan mendasar,” kata Sudirman dalam paparannya kemarin, Jumat (17/4/2015).

Dalam APBN Perubahan 2015, Kementerian ESDM mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 15 triliun. Dengan kata lain, Kementerian ESDM mengajukan tambahan Rp 10 triliun dalam APBN 2016 menjadi Rp 25 triliun.

Sudirman menjelaskan, kalaupun usulan sebesar itu tidak disetujui, ia memastikan proporsi untuk EBTKE tetap 40 persen dari anggaran yang akan disetujui dalam APBN tahun anggaran 2016.

“Rp 10 triliun dari Rp 25 triliun itu berapa persen, 40 persen katakanlah. Maka berapapun yang akan diperoleh dari keputusan Presiden dan Badan Anggaran, kita akan menempatkan 40 persen untuk energi baru terbarukan,” ucap Sudirman.

Selain mengusulkan anggaran Rp 10 triliun untuk pengembangan EBT dan konservasi energi, Sudirman menyatakan, Kementerian ESDM juga tengah merancang organisasi baru yang akan mengurusi konservasi energi.

Setelah rancangan selesai, pihaknya akan berkonsultasi dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta Komite Aparatur Sipil Negara (ASN). Sudirman, mengutip beberapa ahli berpendapat, ada sumber energi selain minyak, gas, batu bara, dan energi baru terbarukan, yakni konservasi energi.

Dia bilang penghematan 10 persen energi akan memberikan kontribusi yang luar biasa besar. “Kita setengah mati membangun 6 persen EBT, tapi kalau kita punya habit, punya kebiasaan baru, maka akan ada sumber energi baru namanya konservasi energi. Maka dari itu, akan kita usulkan supaya ada satu Eselon I khusus yang menangangi konservasi energi. Ini sedang kita proses dan mudah-mudahan mendapatkan support dari Kemenpan-RB,” terang Sudirman.

Untuk diketahui saat ini, urusan konservasi energi menjadi pekerjaan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE). Menurut Sudirman dipisahnya urusan konservasi energi dari Ditjen EBTKE menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membangun energi baru terbarukan dan konservasi energi.

Sementara itu, ketika ditanya penambahan lembaga baru berarti membuat struktur Kementerian/Lembaga kian gemuk, Sudirman berdalih. Kementerian ESDM sesuai amanat pemerintah adalah melakukan right-sizing, bukan down-sizing.

“Misalnya, Anda juga dengar target pajak tinggi sekali dan tidak mungkin DJP bisa menjalankan tugas dengan aparatur dan struktur seperti sekarang. Menuju ke bentuk atau format yang tepat, right-sizing. Oleh karena itu diserahkan ke kementerian masing-masing, apakah diciutkan atau dilebarkan yang penting nanti ada orang yang menjadi hakim. Memang agenda konservasi energi nanti besar sekali, tidak seperti sekarang ini,” ucap Sudirman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Whats New
KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

BrandzView
5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

Spend Smart
Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Whats New
Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Whats New
Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com