Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nepal, Bak Jatuh Tertimpa Tangga

Kompas.com - 27/04/2015, 12:42 WIB


KOMPAS.com - Andai dunia tak beranjak memberi pertolongan, Nepal bak negara yang sudah jatuh tertimpa tangga. Perekonomian Nepal yang sudah melambat bakal terjun bebas kondisinya.

Sebelum gempa bermagnitud 7,9 melanda Nepal pada Sabtu (25/4/2015) siang, perekonomian negara tersebut, menurut catatan laman Bloomberg pada Senin (27/4/2015), sudah melambat. Bahkan, Nepal, kata mantan menteri keuangannya, Madhukar SJB Rana cuma punya produk domestik bruto (PDB) lebih kecil dari 50 negara bagian Amerika Serikat. Nepal, menurut Bank Pembangunan Asia (ADB) membutuhkan waktu panjang untuk membenahi infrastruktur yang rusak akibat gempa. "Baru pada 2020, Nepal bisa menarik perhatian investor," kata pernyataan ADB.

Dalam prediksi ADB, pertumbuhan ekonomi Nepal susut menjadi 4,6 persen dibandingkan pada 2014 sebesar 5,2 persen. Pemerintah Nepal mematok target pertumbuhan 5,5 persen pada 2014.

Catatan sementara menunjukkan bahwa gempa Nepal kali ini sudah menewaskan sekitar 2.300 orang. Gempa meluluhlantakkan jalan raya, mematikan aliran listrik, dan meruntuhkan gedung-gedung. Sementara, catatan menunjukkan ada 18 warga asing ikut tewas saat berada di Himalaya dalam pendakian.

Pariwisata

Azim Afif via AP Para pendaki di base camp Everest menyelamatkan diri dari longsor yang terjadi akibat gempa 7,9 SR berpusat di Nepal, Sabtu (25/4/2015).

Sampai sekarang, perekonomian Nepal bersandar pada pariwisata, pertanian, dan remitansi. Sementara, satu-satunya kota pusat perekonomian adalah Kathmandu, ibu kota Nepal.

Pada 2013 misalnya, Nepal mengantongi Rp 13,1 triliun dari sektor pariwisata. Nepal membidik target satu juta wisatawan, khususnya untuk pendakian ke pegunungan-pegunungan yang mengelilingi negara itu.  

Mitra dagang terbesar Nepal antara lain adalah India (60 persen), Amerika Serikat (8 persen), China (7 persen), Banglades (6 persen), Inggris, dan Uni Emirat Arab. Pada 2010, pendapatan per kapita Nepal mencapai 1.200 dollar AS. Pada 2011, PDB Nepal mencapai 15,1 miliar dollar AS.

Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam pernyataannya mengungkapkan bakal menyiapkan tim menuju Kathmandu. Tim itu akan menilai kebutuhan Nepal untuk pembangunan kembali pascagempa. IMF juga mengatakan diminta berbagai kalangan untuk menyiapkan dana 3,8 miliar dollar AS.

Selanjutnya, negara tetangga terdekat Nepal yakni India dan China juga sudah mengatakan bakal mengirimkan tim penilai. Setahun silam, China menanamkan modalnya di Nepal untuk proyek-proyek pembangkit listrik, pabrik-pabrik mi, dan pabrik-pabrik pengolahan daging. Lantaran penanaman modal itu, perdagangan Nepal dengan China menanjak 17 kali ketimbang pada 2006.  

Berangkat dari catatan-catatan tersebut, seruan untuk membantu Nepal mestinya semakin kencang. Kalau tidak, Nepal bakal betul-betul menjadi negara yang terbelakang dari sektor perekonomian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM Bank Jateng

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM Bank Jateng

Whats New
Toko Marine Hadirkan Platform untuk Tingkatkan 'Employee Benefit'

Toko Marine Hadirkan Platform untuk Tingkatkan "Employee Benefit"

Whats New
Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Spend Smart
Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Whats New
Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Whats New
Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com