KOMPAS.com - Meski terjadi perlambatan ekonomi pada kuartal pertama 2015, masih ada kesempatan menekan biaya logistik. Menurut catatan Wakil CEO PT Kamadjaj Logistics Ivy Kamadjaja, kesempatan itu ada saat pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 1 Januari tahun depan. "Optimistis, sektor logistik nasional mampu bersaing di pasar bebas MEA," katanya kemarin.
Data dari Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2015 ada penurunan pertumbuhan usaha logistik hingga 8 persen. Salah satu pemicunya adalah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Menurut Ivy lebih lanjut, kesiapan industri logistik menjadi modal penting untuk memenuhi target penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) biaya logistik dari 25 persen menjadi di bawah 20 persen pada 2018. Di negara-negara maju biaya logistik hanya berkontribusi sekitar 7 persen bagi PDB.
Ivy mengingatkan kini volume industri makin pesat. Makanya, diperlukan inovasi menekan ongkos logistik.
Kemudian, Ivy menerangkan bahwa PT Kamadjaja Logistics baru saja membuka Pusat Distribusi (DC) untuk produk-produk PT Unilever Indonesia Tbk (Unilever), di Pekanbaru, Provinsi Riau. Pembukaan fasilitas baru untuk memenuhi kebutuhan volume barang yang terus meningkat. Sejatinya, kemitraan dengan Unilever sudah terbangun sejak 1979. “Industri logistik nasional tidak hanya menawarkan potensi dan peluang bisnis, ada banyak tantangan yang harus diatasi agar tetap eksis memasuki era pasar bebas,” katanya.
Saat ini, PT Kamadjaja Logistics mengoperasikan Kawasan Logistik terpadu di Cibitung (Jawa Barat), Medan (Sumatera Utara), dan Surabaya (Jawa Timur). Selain itu, PT Kamadjaja Logistics juga memiliki 22 DC yang tersebar di seluruh Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.