Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Waspadai Potensi "Currency War"

Kompas.com - 09/06/2015, 06:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia akan mewaspadai potensi terjadinya perang mata uang atau "currency war" yang mungkin terjadi sebagai dampak dari rencana penyesuaian suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) secara berkala.

"Saya melihat tiga tahun ke depan akan terus ada 'currency war', karena kalau seandainya program peningkatan bunga di AS berjalan secara berkala, pasti berdampak pada mata uang negara lain yang satu sama lain akan menjaga posisi kompetitif mata uangnya," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Senin (8/6/2015) malam.

Perang mata uang adalah suatu kondisi dimana masing-masing negara "sengaja" untuk melemahkan mata uangnya terhadap mata uang negara lain, dengan tujuan mempermudah ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan.

Agus menjelaskan saat ini kondisi global sedang mengalami fenomena penguatan dolar AS yang menyebabkan terjadinya depresiasi nilai mata uang di berbagai negara berkembang ekonomi dan menimbulkan risiko dalam jangka panjang.

"Hari ini semua lebih dalam dari (rupiah) kita tekanannya, tapi ini semua reaksi dari perkembangan 'risk on' dan 'risk off' di luar negeri. Saya melihat bahwa kita memang harus menghadapi ini dengan baik dan waspada," katanya.

Untuk itu, ia kembali menegaskan dalam jangka pendek dan menengah, BI berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar para pelaku pasar tidak memiliki kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

"Kalau ada tekanan ekstrem, kita menjaga supaya volatilitasnya ada dalam batas yang dapat diterima untuk meraih kepercayaan pasar. Pasar harus tahu BI selalu ada untuk menjaga stabilitas (rupiah)," kata Agus.

Terkait pergerakan rupiah yang cenderung melemah hingga pertengahan tahun, Agus memperkirakan rupiah bisa kembali stabil setelah Juni dengan rata-rata sepanjang tahun 2015 pada kisaran Rp 13.000-Rp 13.200 per dolar AS.

"Untuk rupiah 'year to date' masih pada Rp12.911 per dolar AS, dan biasanya (perlemahan) ini musiman sampai akhir Juni, karena ada sentimen dan banyak yang harus dibayar (menggunakan dolar). Tapi nanti akan normal dan fundamental membaik, sehingga pada kuartal tiga dan empat rupiah rata-rata Rp 12.500," katanya.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan depresiasi mata uang yang terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia, sebagai akibat dari penguatan dolar AS dan itu terjadi karena dunia sedang menunggu kepastian terkait penyesuaian suku bunga The Fed.

"Yang terjadi adalah dolar menguat terhadap segalanya dan itu tidak terelakkan karena tingkat bunga AS (berpotensi) naik, otomatis (nilai mata) uang bergerak ke arah dolar AS. Itu natural sebagai respon terhadap kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga," ujarnya.

Dari segi pemerintah, kata Bambang, salah satu hal yang dapat diupayakan sebagai antisipasi agar fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu bergejolak adalah dengan memperkuat struktur fundamental perekonomian nasional.

"Kita jaga fundamentalnya. Kita menjaga 'current account deficit'nya dan defisit anggarannya. Itulah yang harus kita lakukan," katanya.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar 90 poin menjadi Rp 13.380 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.290 per dolar AS yang dipicu oleh tekanan eksternal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Whats New
Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Whats New
IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com