Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Ibu yang Menyelamatkan Warga dari Jeratan Rentenir

Kompas.com - 18/06/2015, 10:54 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis


BENGKULU, KOMPAS.com - Matahari bersinar cukup terik Rabu (17/6/2015) siang, di Desa Rama Agung, Kecamatan Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Beberapa orang ibu tampak duduk di sebuah teras rumah warga bercerita tentang kegiatan yang baru saja mereka lakukan, berdagang, bertani, dan mengurus rumah.

Cerita banyak tercurahkan di teras itu, soal harga bahan pokok, rentenir hingga sedikit menyoal politik. Soal rentenir cukup menarik perhatian.

Ketut Miniasih, seorang ibu rumah tangga sekaligus pedagang pasar, menceritakan rasa senangnya saat ia dan para pedagang kecil lainnya bisa keluar dari jeratan rentenir sejak adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Darma Murti di kampungya 15 tahun silam.

"Saat ini pedagang tak seperti dulu kalau butuh pinjaman dana untuk tambahan modal ke rentenir, sejak ada LKM Darma Murti, kami bisa pinjam Rp 1,5 juta dengan bunga 1,5 persen selama satu tahun tanpa agunan," kata Ketut Miniasih.

Hal yang sama juga diakui ibu lainnya Ketut Sudarmini. Menurut mereka sebelum ada LKM, rentenir menjadi pilihan bahkan idola bagi para pedagang untuk meminjam uang sebagai modal tambahan. Tentu saja dengan bunga berlipat hingga 200 persen.

"Saat itu karena tak ada tempat pinjam lain maka itu dilakukan, banyak saat itu petani, pedagang yang terlilit utang bertimbun dengan rentenir," kenang Ketut Sudarmini.

Keberadaan LKM Darma Murti sebuah lembaga simpan pinjam yang dikelola para kaum ibu di Desa Rama Agung cukup mencuri perhatian. Bagaimana tidak, lembaga yang didirikan pada tahun 2000 dengan modal Rp 90 juta bantuan dari program pemerintah tersebut mampu bertahan bahkan modal terus bertambah.

"Saat ini modal kami mencapai Rp 170 juta, memang kecil bertambah karena kami menerapkan bunga 1,5 persen dan tanpa agunan dengan jumlah anggota mencapai 125 orang dan terus bertambah," kata pengurus LKM Darma Murti, Suparni saat dijumpai kompas.com.

Suparni melanjutkan, LKM tersebut milik bersama warga Desa Rama Agung yang anggotanya mayoritas ibu-ibu terdiri dari petani dan pedagang. Tak ada kantor khusus untuk LKM tersebut. "Kantor ya di rumah saya," sambung dia.

Ia mengisahkan awal berdiri LKM itu hanya bisa melayani pinjaman sebesar Rp 300.000 hingga saat ini mampu melayani hingga Rp 1,5 juta per angota. Uniknya, selain tanpa agunan para pengurus LKM menyelesaikan kredit macet dengan cara musyawarah dan mufakat, hingga akhirnya anggota dan nasabah mampu melunasinya.

"Di sini kepercayaan tak perlu agunan seperti di bank-bank, cukup kepercayaan lewat omongan, jika belum mampu bayar maka akan ada rembug anggota hingga mampu bayar dengan cara seringan mungkin dan tentunya kami mengetahui latar belakang peminjam dan anggota itu," kata Suparni.

Keberhasilan LKM Darma Murti menaungi anggota hingga terlepas dari jerat rentenir sempat menjadi perhatian beberapa perbankan. "Kami sempat ditawari suntikan modal, namun perbankan itu minta bunga dinaikkan dan pengembalian selama satu tahun, ya kami nggak mau, itu sama saja menghianati rakyat atau anggota kami, biarlah kami mengelola uang sedikit asal semua anggota senang," ucapnya.

Untuk gaji para pengurus, ia membeberkan, bisa dipenuhi dari bunga pinjaman yang dipatok 1,5 persen. Rinciannya, 1 persen dikembalikan untuk modal, sedangkan  0,5 persen dibagi dengan komposisi 1/4 persen untuk pengurus dan 1/4 persen untuk anggota.

"Jadi semua merasakan keuntungan walau kecil," kata Suparni terkekeh.

Suparni dan para anggota cukup bangga dengan lembaga yang mereka kelola, selain memberikan layanan pada masyarakat tanpa agunan, anggota lembaga itu terdiri dari beragam suku dan semua agama. "Jika ingin melihat Indonesia ada di Darma Murti, suku, agama, kami lengkap," tambah Suparni.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com