Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FDI ke Asia Timur dan Tenggara Cetak Rekor, Mencapai 381 Miliar Dollar AS

Kompas.com - 25/06/2015, 12:51 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Kendati terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, arus gabungan investasi langsung asing (FDI) ke Asia Timur dan Tenggara pada tahun 2014 mengalami peningkatan 10 persen hingga mencapai rekor bersejarah 381 miliar dollar AS.

Data ini tercantum dalam World Investment Report 2015 terbitan Konferensi Perdagangan dan Pembanguan PBB (UNCTAD), Rabu (24/6/2015). Secara sub-wilayah, arus masuk FDI ke Asia Timur tumbuh 12 persen ke angka 248 miliar dollar AS. Sementara Asia Tenggara memperoleh peningkatan 5 persen hingga 133 miliar dollar AS.

Sektretaris-Jenderal PBB Ban Ki-Moon, dalam laporan tersebut menyatakan pembangunan global akan memasuki fase baru yang sangat penting tahun ini. “Laporan ini (diterbitkan) tepat saat penyelenggaraan Konferensi Internasional Ketiga tentang Pembiayaan Pembangunan di Addis Ababa,” tutur Ban Ki-Moon.

Arus masuk FDI ke Indonesia meningkat 20 persen hingga 23 miliar dollar AS berkat naiknya investasi ekuitas secara signifikan. Singapura, penerima FDI yang dominan di Asia Tenggara, hanya tumbuh 4 persen menjadi 68 miliar dollar AS.

Sementara itu, performa negara Asia Tenggara lainnya cukup bervariatif. Vietnam yang menjadi lokasi penting bagi perusahaan asing di Asia Tenggara untuk produksi berbiaya rendah, meraih peningkatan FDI sebesar 3 persen ke 9,2 miliar dollar AS pada tahun 2014.

Karena keunggulah biaya dan efisiensi, terdapat kenaikan arus FDI bidang manufaktur ke negara berpenghasilan rendah di ASEAN. Hal ini seringkali dipicu oleh proyek-proyek besar, seperti investasi senilai 600 juta dollar AS oleh Grup Taekwang and Huchems (Korea Selatan) di Myanmar.

World Investment Report 2015 juga menyebutkan bahwa arus FDI ke Tiongkok mencapai 129 miliar dollar AS pada tahun 2014 atau setara dengan 4 persen. Ini terutama disebabkan oleh peningkatan FDI di sektor jasa. Sementara itu, FDI di sektor manufaktur menurun, khususnya pada industri yang sensitif terhadap peningkatan upah buruh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com