Menurut Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Perhubungan J.A Barata, rendahnya penyerapan anggaran tersebut lantaran Kemenhub menerapkan sistem e-catalogue dalam pengadaan barang dan jasa. "Kan kita pakai e-catalogue. Gini e-catalogue itu enggak ada bayar uang muka, enggak pake apa-apa, begitu selesai langsung kita bayar. Jadi penyerapannya (anggaran) tunggu proyek selesai," ujar Barata di Kantor Kemenhub, Jakarta, Kamis (6/8/2015).
Dia mencontohkan, salah satu proyek Kemenhub pada 2015 yang memakai sistem e-catalogue yaitu proyek pengadaan 1.000 Bus Rapid Transit (BRT). Pengerjaan proyek yang diresmikan oleh Presiden Jokowi bulan lalu itu belum menggunakan dana anggaran Kemenhub.
"Contoh ya, kita kan pesan 1.000 bus itu dengan e-cataligue, dan tidak ada uang muka. Tapi begitu selesai, lalu dicek oke, kita bayar. Itu dibayar pada ending," kata dia.
Menurut Barata, proyek dalam tahun anggaran 2015 banyak yang menggunakan sistem e-catalogue. Hal itulah yang menurut dia mempengaruhi serapan anggaran Kemenhub hingga semester I-2015.
Senada, Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi M. Djuraid mengatakan hal yang kurang lebih sama dengan Barata. Dia juga menambahkan bahwa ada beberapa proyek di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Hubla) yang juga menggunakan sistem e-catalogue dalam pengadaan barangnya.
"Beberapa pengadaan di navigasi pelayaran di Hubla juga menggunakan e-catalogue," kata Hadi.
Meski penyerapan anggaran hingga semester I-2015 rendah, Hadi mengatakan bahwa Kemenhub yakin penyerapan anggaran akan naik drastis pada semester II-2015. Pasalnya, pada semester II ini akan banyak proyek yang rampung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.