Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Siapkan Instrumen untuk Memperkuat Devisa

Kompas.com - 22/09/2015, 15:12 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah tengah menyiapkan instrumen yang mendorong peningkatan cadangan devisa. Dengan instrumen tersebut diharapkan dollar AS bisa lebih lama menetap di dalam negeri.

"Kalau suplai dolar lebih banyak, mudah-mudahan rupiah tidak volatile (fluktuatif) jika ada goncangan eksternal, itu intinya," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (22/9/2015).

Hari ini, Bambang mengikuti rapat terkait cadangan devisa di Kantor Wapres. Rapat yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla tersebut juga diikuti Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. Mengenai instrumen apa yang kemungkinan akan digunakan dalam meningkatkan cadangan devisa, Bambang enggan mengungkapkannya.

"Nanti kita siapkan, kita belum bisa sampaikan sekarang, tetapi ada hal yang sedang kita siapkan, akan kita siapkan maksudnya," tutur Bambang.

Menurut Bambang, guna mendorong peningkatan devisa, pemerintah memikirkan bagaimana misalnya memudahkan ekspor. Jika ekspor telah meningkat maka langkah selanjutnya adalah mendorong agar dana hasil ekspor tersebut masuk ke sistem perbankan.

"Nah waktu itu kita kan sudah keluarkan aturan LC (letter of credit). Jadi tadi juga dikaji bahwa LC juga menolong untuk bisa memasukkan devisa hasil ekspor itu ke dalam sistem perbankan kita," kata Bambang.

Sejauh ini, menurut Bambang, cadangan devisa pemerintah masih aman setidaknya untuk enam bulan impor. Meskipun demikian, menurut Bambang, pemerintah tetap perlu menambah cadangan devisa.

"Enggak kritis, cuma kan istilahnya lebih banyak lebih baik. Kalau punya dompet tebel kan lebih enak daripada dompet kering, kantong kering, kita intiya bgaimana mempertebal dompet kita itu," ujar Bambang.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sebelumnya menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa hingga Senin (21/9/2015) mencapai 103 miliar dollar AS. Angka ini berkurang dibandingkan dengan Agustus 2015 yang nilainya 105,3 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com