Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Blok Masela, Menteri ESDM Lebih Percaya Kajian SKK Migas Ketimbang Rizal Ramli

Kompas.com - 23/09/2015, 11:24 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, pihaknya lebih percaya dengan hasil kajian yang direkomendasikan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tentang pengembangan "Lapangan Gas Abadi", Blok Masela, Maluku. Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyebutkan, pengembangan Blok Masela dilakukan dengan pipa gas, bukan dengan kilang gas cair (LNG) terapung di tengah laut (floating). (Rizal Ramli Minta Pengembangan "Blok Gas Abadi" Dikaji Ulang)

"Saya lebih percaya pada sistem dari SKK Migas," kata Sudirman, ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (23/9/2015).

Sudirman mengatakan, SKK Migas memberikan rekomendasi agar dibangun kilang gas cair (LNG) terapung di tengah laut (floating) atau offshore.

Berdasarkan data SKK Migas, investasi pembangunan floating diperkirakan akan menelan biayanya 14,8 miliar dollar AS. Jauh lebih murah daripada pembangunan pipa gas dari Blok Masela ke Pulau Aru dan pembangunan kilang di darat yang mencapai 19,3 miliar dollar AS.

"Hitungannya SKK Migas lebih murah offshore. Dan musti diingat, kita juga punya visi menumbuhkan industri maritim," ucap Sudirman.

Menurut dia, dengan dibangun kilang LNG offshore, maka hal tersebut akan memberikan kesempatan pada penyerapan industri perkapalan dan menumbuhkan kapasitas nasional.

Sebelumnya Rizal Ramli menuturkan, investasi pembangun floating diperkirakan akan menelan biayanya 19,3 miliar dollar AS. Sementara biaya pembangunan pipa gas kata Rizal lebih murah yaitu hanya menelan dana 14,6 sampai 15 miliar dollar AS saja.

Perang argumen antara SKK Migas dan Kementerian Koordinator Kemaritiman itu mengerucut kepada pertanyaan, mana yang lebih tepat untuk pengembangan daerah di sekitar Blok Masela? Apakah membangun kilang terapung, ataukah membangun pipa?

SKK Migas mengakui pembangunan pipa disertai kilang di darat telah berhasil mengembangkan kota-kota disekitar blok migas yang dikembangkan. Arun di Aceh, Bontang di Kalimantan Timur bisa jadi contohnya. 

Namun, menurut SKK Migas, khusus di sekitar Maluku, terutama Pulau Aru, pembangunan floating akan jauh lebih bermanfaat ketimbang membangun pipa gas sepanjang 600 kilometer seperti yang diusulkan Rizal Ramli. Pasalnya dengan pembangunan floating, SKK Migas yakin industri perkapalan di Indonesia timur akan berkembang pesat.

Kompas TV Rizal Ramli Akan Berantas Mafia Tanjung Priok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com