Ia menyebutkan, bauksit yang diekspor sampai dengan tahun 2013 adalah Metallurgical Grade Bauxite (MGB), yaitu bauksit yang memenuhi kualitas minimum sebagai bahan baku untuk industri pemurnian menjadi alumina. MGB ini telah mengalami proses peningkatan nilai tambah (benefiasiasi) dari ore, di mana sudah dipisahkan antara bauksit dengan pengotornya dan mengalami pengurangan volume hingga persen dari ore," ucap Eddy.
Terkait dengan itu, ia mendesak Pemerintah segera membuka keran ekspor bauksit. "Dalam kondisi perekonomian nasional saat ini, pembukaan keran ekspor bauksit oleh pemerintah dapat membangkitkan kembali usaha pertambangan bauksit yang sedang terpuruk dan juga dapat menambah penerimaan devisa," tambahnya.
Eddy mengatakan, dengan penetapan kuota produksi dan ekspor bauksit sebesar 40 - 50 juta ton per tahun dan harga 40 dollar AS per ton, bisa memberikan kontribusi terhadap perbaikan perekonomian Indonesia yang saat ini sedang mengalami kelesuan.
Ia menghitung, setidaknya pemerintah bisa mendapatkan penerimaan devisa sebesar 1,6 miliar dollar AS–2 miliar dollar AS, serta pajak dan PNBP sebesar 480 juta dollar AS. Selain itu juga bisa membuka lapangan kerja hingga 40.000 orang.
Sementara untuk menjaga stabilitas harga di pasar global, serta menjaga ketersediaan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pemurnian bauksit di dalam negeri, Eddy mengajak pemerintah bersama APB3I untuk melakukan pengendalian produksi dan ekspor. "Dengan cara menetapkan kuota produksi dan penjualan bauksit nasional setiap tahun," sebutnya.