Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Minta Pemerintah Turunkan Harga BBM

Kompas.com - 10/12/2015, 13:14 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -  Kalangan industri menginginkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan BBM industri jenis solar turun. Selain bisa memangkas ongkos produksi, penurunan harga BBM  bisa  mengangkat lagi daya beli masyarakat.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adi S. Lukman mengatakan, pengusaha makanan dan minuman menanti janji pemerintah yang akan menurunkan BBM mulai 1 Januari 2016.

"Kami tunggu janji itu agar bisa membantu mempertahankan harga jual dan mengimbangi kenaikan upah minimum provinsi (UMP)," kata  Adi, Rabu (9/12/2015).

Hanya Adhi pesimistis kebijakan penurunan harga BBM bisa memicu gairah masyarakat untuk berbelanja. "Sebab, pemulihan daya beli harus disertai dengan peningkatan pendapatan masyarakat, seperti gaji serta penurunan harga jasa dan komoditi pangan,"  ujar dia.

Namun, ia yakin penurunan harga BBM bisa menahan penurunan daya beli. "Pelaku industri akan mengupayakan agar harga stabil agar daya beli konsumen sama seperti 2015," kata dia.

Sekretaris Perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk Desilina  juga berharap harga premium bisa turun. "Kalau memang bisa turun, ini akan lebih baik karena biaya transportasi bisa ikut berkurang," kata dia. 

Meski, porsi BBM bagi biaya produksi Tiga Pilar sejatinya juga tidak banyak, pasalnya Tiga Pilar lebih banyak menggunakan listrik dan batubara.

Corporate Communication Mayora Sribugo Suratmo  juga berharap BBM bisa turun agar daya beli masyarakat lebih baik.

"Kami ingin harga BBM turun karena itu akan meningkatkan daya beli. Daya beli yang bergairah akan meningkatkan semangat perusahaan," kata dia.

Industri minta turun

Rusdi Rosman, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengungkapkan,  selama ini solar menjadi faktor kenaikan beban pokok penjualan alias cost of goods sold (COGS) lantaran industri farmasi menggunakan solar untuk memproduksi obat di pabrik. 

"Harga jual BBM harus turun sesuai dengan persentase penurunan harga minyak mentah dunia," kata Rusdi, kepada Kontan, Rabu (9/12/2015).

Saat ini, penggunaan BBM di KAEF berkontribusi di bawah 5 persen terhadap COGS. Adapun gaji karyawan berkontribusi paling besar yakni sekitar 7,5 persen-11 persen terhadap COGS.

Menurut dia, penurunan harga BBM bisa memperlonggar biaya operasional industri farmasi, sehingga perusahaan dapat mengalihkan penghematan biaya untuk penggunaan produksi lainnya.

Selain itu, "Penurunan BBM juga memacu kenaikan daya beli yang ujungnya membantu naiknya pertumbuhan ekonomi," imbuh dia.

Bagi industri kemasan, penurunan harga BBM stidak berpengaruh langsung bagi perusahaan.  Antonius Muhartoyo, Direktur Utama PT Champion Pacific Indonesia Tbk menjelaskan, meski minyak mentah dunia  menjadi salah satu bahan baku pembuatan film kemasan, namun harga bahan baku film lain tidak kunjung turun.

Antonius menerangkan, industri kemasan tidak terlalu banyak menggunakan BBM karena bahan bakunya saat ini masih impor. Pasalnya "Kami belum mampu membuat bahan baku sendiri," katanya. Alhasil, stabilitas rupiah lebih diharapkan.

Adapun, bagi Sammy Hamzah, Board of Director Indonesian Petreleum Associattion (IPA), IPA  justru pusing saat harga minyak mentah dunia terus melorot seperti sekarang. Ia khawatir kondisi ini membuat minat berinvestasi sektor migas di Indonesia semakin susut.

Sementara kalaupun penurunan harga minyak diikuti dengan penurunan harga BBM tak banyak pengaruhnya bagi produsen minyak. (Febrina Ratna Iskana, Mimi Silvia, Nina Dwiantika, Pamela Sarnia, Pratama Guitarra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Whats New
Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Whats New
Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com