Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laju IHSG Terbebani Saham Kelas Kakap

Kompas.com - 22/12/2015, 08:41 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbebani saham berkinerja lesu. Menurut statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terperosok 14,09 persen sejak akhir tahun 2014.

Laju indeks saham ini merupakan terburuk ke tiga di Asia Tenggara setelah bursa Thailand yang anjlok 15,50 persen dan bursa Singapura yang merosot 15,44 persen. Lima dari 10 saham pemberat IHSG secara year to date adalah saham-saham pelat merah.

Lima saham ini adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).

Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan menyebutkan, hampir semua saham tersebut mengalami pelemahan kinerja sampai kuartal ketiga. Dengan penurunan fundamental, harga sahamnya ikut terseret.

Dia melihat, ekspektasi pasar terhadap saham-saham tersebut cukup besar di awal tahun. "Itu yang membuat koreksi cukup besar. Realisasi kinerja mereka tidak sesuai ekspektasi," ucap Alfred, sebagaimana dikutip dari Kontan, Selasa (22/12/2015).

Ia merinci, saham PGAS terkena sentimen penurunan harga gas oleh pemerintah. Nah, hal tersebut tidak terpikirkan oleh investor di awal tahun. Maka, pada pertengahan tahun, harganya turun drastis.

Begitu juga dengan SMGR. Investor memperkirakan, realisasi belanja infrastruktur akan terserap cepat. Kenyataannya, tidak sesuai perkiraan. Hal itu berimbas terhadap permintaan semen di semester I.

Lebih lanjut, Alfred melihat, GGRM tertekan cukup berat dari sisi sektor. Sebab ada peningkatan cukai dan pembatasan pemasaran rokok oleh pemerintah. Meski begitu, Alfred yakin, GGRM akan keluar dari top laggard alias saham pemberat ini.

Emiten ini memiliki valuasi yang murah dengan price earning (PE) 17 kali. Angka tersebut jauh lebih murah ketimbang PE PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) di 43 kali. Dengan pangsa pasar rokok antar keduanya yang sempit, Alfred menilai, rentang PE ini terlalu jauh.

Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, saham tersebut banyak dimiliki oleh fund manager asing. Keluarnya dana asing menyebabkan tekanan jual pada saham-saham tersebut.

David memperkirakan, kinerja saham-saham top laggard ini akan membaik, seiring kembalinya dana asing ke pasar modal Indonesia.

Menurut David, IHSG tengah dalam fase window dressing. Indikasinya adalah indeks mulai menghijau 0,49 persen ke posisi 4.490 kala nilai tukar rupiah melemah.

David memproyeksikan, IHSG akan tutup di kisaran 4.600-4.800 pada akhir tahun dan 5.100 tahun depan. Alfred memproyeksikan, IHSG penghujung tahun akan lebih baik dibanding akhir November.

Ia memprediksi, IHSG akan tutup di 4.700. Kemudian dengan asumsi perekonomian tumbuh di atas 5,2 persen, IHSG mampu tutup di 5.400-5.500 tahun depan. Tahun depan Alfred menilai, sektor komoditas masih kesulitan. Ia optimistis dengan sektor perbankan dan konsumer.

Menurut Alfred, saham BMRI dan BBNI yang terkoreksi tajam berpotensi besar untuk pembalikan arah dalam jangka panjang. KLBF, yang merupakan pemimpin pasar di sektor farmasi, juga sama.

KLBF merupakan prioritas bagi investor dan fund manager yang meminati farmasi. Tahun depan, Alfred menyarankan beli GGRM dengan target harga Rp 62.800 atau PE 16 kali. David masih merekomendasikan beli semua emiten top laggard, kecuali PGAS dan INCO. (Annisa Aninditya Wibawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com