Kuota pengiriman sapi dari NTT yang berjumlah 50.000 ekor per tahun ini dinilai terlalu sedikit.
"Banyak rakyat yang jadinya tidak bisa mengirim sapi. Idealnya, kuotanya 75.000 sampai 85.000 ekor," ujar salah seorang pedagang sapi, Hendrik Hartono, Selasa (5/1/2016).
Kuota yang rendah ini, kata Hendrik, kerap jadi persoalan. Dari bulan ke Juli hingga Agustus, banyak sapi yang tidak bisa dikirim karena sudah melebihi kuota.
"Sapi yang cukup umur tidak bisa terkirim. Buat apa? Malah menambah biaya perawatan dan mengakibatkan uang tidak berputar," ujar dia.
Selain itu, para pedagang sapi di NTT hanya bekerja 6 bulan dalam setahun lantaran kuota pengiriman sapi yang sudah habis sebelum akhir tahun.
"Kami cuma kerja 6 bulan. Contohnya 2015, bulan Maret baru keluar izin, sedangkan kuita sudah habis di September. Satu tahun hanya kerja 6 bulan," ujar dia.
Kata dia, pemerintah tak perlu takut NTT akan kehabisan sapi. Pasalnya, pasokan sapi di NTT tidak akan habis walau dengan kuota 80.000 ekor per tahun.
Selama ini, pemerintah merasa takut kekurangan pasokan sapi dari NTT karena melihat hasil sensus. Padahal, dia mengklaim, angka sensus tidak tepat.
"Sensus tidak tepat. Di NTT banyak yang takut saat disensus. Jadi, mengaku hanya punya 10 ekor, padahal punya 100 ekor," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.