Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Jatuh, Produksi Minyak Bisa Runtuh

Kompas.com - 08/01/2016, 15:41 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan produksi minyak tahun ini sebesar 830.040 barrel per hari. Target produksi ini diprediksi bakal sulit tercapai lantaran harga minyak mentah terus melorot ke kisaran 35 dollar AS per barel.

Kondisi ini pula yang membuat kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) malas-malasan menggenjot produksi lantaran keuntungan menjadi tipis. Apalagi andalan produksi berasal dari Lapangan Banyu Urip, di Blok Cepu yang targetnya selalu meleset.

Produksi Lapangan Banyu Urip pada 2015 menjadi biang keladi tidak tercapainya produksi yang seharusnya 825.000 bph. Alhasil produksi minyak 2015 hanya mencapai 777.560 barrel per hari (bph).

Dari data pencapaian produksi minyak tahun 2015, Mobil Cepu Ltd (MCL) berada di urutan pertama, dengan kekurangan produksi minyak dan kondensat hanya 46.089 bph. Angka ini 61 persen dari target tahun lalu.

Sementara untuk produksi gas, MCL tercatat kekurangan 37 mmscfd atau hanya mampu memproduksi 32,6 persen dari target tahun lalu.

Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Erwin Maryoto mengungkapkan, dalam menentukan perencanaan kegiatan operasi atau proyek, ExxonMobil yang juga induk MCL mempertimbangkan berbagai skenario.

"Termasuk harga minyak saat ini," katanya kepada Kontan, Kamis (7/1/2016).

Erwin menyebut, Exxon berupaya memenuhi target produksi yang telah disetujui SKK Migas. Salah satu caranya dengan memaksimalkan produksi.

"Kami juga akan memaksimalkan fasilitas produksi yang baru berjalan dengan baik," ujar dia.

Dalam program kerja dan anggaran tahun ini MCL menargetkan produksi minyak 168.430 bph.

Kepala Humas SKK Migas, Elan Biantoro yakin MCL bisa mencapai puncak produksi pada Maret 2016.

"Target produksi MCL sepertinya bisa lebih bagus karena kendalanya adalah uncertainted onstream project dan sekarang project-nya sudah onstream, jadi tinggal jalan," katanya, Kamis (7/1/2016).

Andaikata produksi minyak MCL tahun ini tidak mampu mencapai produksi penuh lagi, SKK Migas tidak bisa memberikan sanksi.

Hanya saja menurut Elan, secara langsung, pendapatan perusahaan tersebut akan berkurang karena menanggung rugi akibat tertundanya operasi proyek. Dengan tertundanya operasi suatu proyek maka biaya pun akan membengkak.

"Mobil Cepu akan menanggung rugi karena pemerintah sudah memiliki pagu biaya pergantian plus kenaikan 10 persen, lebih dari 10 persen itu tidak akan diganti," kata Elan kepada Kontan, Kamis (7/1/2016).

Pengamat Energi Komaidi Notonegoro pesimistis MCL akan bisa mencapai target produksi pada tahun ini. Ia melihat masih ada beberapa masalah seperti perizinan dengan pemerintah daerah dan harga minyak yang belum bagus.

"Harga minyak dan masalah-masalah yang dikeluhkan oleh kontraktor migas sampai saat ini belum mampu di atasi dengan baik oleh pemerintah, seperti masalah perizinan," ucap Komaidi. (Febrina Ratna Iskana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com