Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli, ada kecenderungan bahwa harga minyak turun hingga berada pada angka 25 dollar AS hingga 30 dollar AS per barrel. Akan tetapi, kecenderungan ini dinilainya hanya bersifat temporer.
"Ini gejalanya sifatnya temporer. Ada masalah politik di Timur Tengah dan sebagainya. Dugaan kami, dalam dua tahun, akan rebound kembali," kata Rizal di Kantor Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (3/2/2016).
Lebih lanjut, Rizal menyatakan, pemerintah harus mencari solusi dalam waktu yang relatif pendek. Yang menguntungkan adalah terjadinya perubahan struktur penerimaan pemerintah sehingga dampak penurunan harga minyak tidak terlalu besar.
"Kalau dulu itu 40 tahun lalu lebih dari 80 persen penerimaan pemerintah dari migas dan 20 persen dari pajak; sekarang terbalik, 80 persen lebih dari pajak dan 20 persen kurang dari migas. Jadi dampaknya tidak sebesar 40 tahun lalu. Dampaknya jauh lebih kecil," ujar Rizal.
Meskipun demikian, dia menyebutkan, apabila harga minyak terus mengalami penurunan, maka Indonesia akan tetap terdampak. Rizal menyebut, dampak akan amat dirasakan oleh perusahaan yang bergerak di sektor produksi minyak.
"Kalau misalnya di bawah 25 dollar AS atau 20 dollar AS, banyak kontraktor production sharing yang uangnya habis untuk cost recovery. Artinya, pemerintah tidak terima penerimaan, atau beberapa terpaksa tutup. Di luar negeri juga beberapa tutup," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.