Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Jadi Pasar Ekspor Karet Alam Terbesar Indonesia Sejak 2010

Kompas.com - 04/02/2016, 17:42 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) jadi negara tujuan ekspor terbesar untuk karet alam (natural rubber/NR) Indonesia sejak 2010, berdasarkan data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo).

Pada 2010, total ekspor karet alam Indonesia ke AS mencapai 546.500 ton. Di 2014, sebesar 597.800 ton. Sedangkan di 2015 diestimasi total ekspor karet alam Indonesia ke AS diperkirakan mencapai 569.300 ton.

Sementara China, menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua sejak 2010-2013. Sedangkan di 2014 posisinya tergeser oleh Jepang.

Pada 2010, total ekspor karet alam Indonesia ke China mencapai 418.100 ton. Di 2013 sebesar 511.700 ton. Pada 2014 sebesar 367.000 ton dan pada 2015 diestimasi sebesar 268.800 ton.

Moenardji Soedargo, Ketua Gapkindo, mengatakan pertumbuhan pasar ekspor karet Indonesia terjadi di India, Brazil serta Jepang.

"Ekspor ke India tumbuh. Di 2014 sebesar 195.800 ton dibanding 2013 sebesar 144.500 ton. Sementara di 2015 angkanya sedang dihitung," kata dia di Jakarta, Kamis (04/02/2016).

Dalam data Gapkindo, terdapat 10 negara tujuan ekspor terbesar Indonesia sepanjang 2009-2014, serta estimasi di 2015.

Sepuluh negara tersebut yakni Amerika Serikat, China, Jepang, Singapura, Brasil, India, Korea, Kanada, jerman dan Turki.

Pada 2014, total ekspor karet alam Indonesia ke berbagai negara mencapai 2,6 juta ton. Sementara di 2015 diperkirakan turun jadi 2,4 juta ton.  

Di sisi lain, pemerintah berupaya untuk memperbesar serapan karet alam untuk aneka proyek pemerintah.

Menurut Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Nurlaila Nur Muhammad mengatakan, sebelumnya aturan yang akan disiapkan adalah berupa instruksi presiden.

Namun, butuh aksi cepat agar lebih banyak karet alam yang terserap pasar domestik. Oleh sebab itum kemungkinan produk aturan yang akan keluar berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) antarlembaga Kementerian terkait, atau bisa berupa Peraturan Menteri.  (Baca: Pemerintah Segera Terbitkan SKB Menteri untuk Serap Karet Alam)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com