Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Terjepit" di Antara Tomy Winata dan Masyarakat Bali soal Reklamasi, Apa Komentar Menteri Susi?

Kompas.com - 29/02/2016, 14:43 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana reklamasi Teluk Benoa yang akan dilakukan oleh PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) menuai penolakan dari masyarakat Bali.

Penolakan dilakukan oleh masyarakat, utamanya dari 23 desa yang terdampak langsung proyek reklamasi tersebut.

TWBI merupakan salah satu perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Artha Graha milik Tomy Winata.

Berbagai saluran telah ditempuh masyarakat Bali untuk menyuarakan penolakan sejak 2013, tak terkecuali dengan mendatangi kementerian yang menangani sektor pesisir, yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Di pihak lain, investor yang berencana mengembangkan Teluk Benoa sebagai daerah wisata baru, yakni TWBI, pun telah menyampaikan pandangan mereka kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Berada di antara dua kelompok kepentingan tersebut, Susi mengaku hanya akan berperan sebagai regulator, bukan mediator.

"Jabatan menteri itu jabatan politis, Pak. Hari ini saya di sini sebagai menteri berbicara dengan Bapak-bapak. Mungkin lusa saya sudah tidak menjadi menteri lagi," ucap Susi saat menerima audiensi dari masyarakat Bali di Jakarta, Senin (29/2/2016).

Susi mengatakan, hal terpenting dalam setiap pembangunan yang dilakukan adalah kepentingan masyarakat dan lingkungan. "Namun, jangan sampai ini menjadi politis, terdramatisasi," kata Susi.

Dia menyampaikan kepada masyarakat Bali bahwa pihak KKP telah bertemu dengan investor. Menurut Susi, investor tersebut ingin berunding dengan masyarakat Bali terkait rencana reklamasi Teluk Benoa.

"Saya tidak tahu, perundingan dua pihak sudah sejauh mana. Yang saya dengar ributnya saja. Saya tidak ingin menjadi mediator, di sini saya hanya sebagai regulator. Saya kemarin mendengar mereka ingin bicara dengan Bapak-bapak. Namun, itu pun kalau ada keterbukaan. Kalau tidak, ya akan sulit," ujar Susi.

Regulasi menyeluruh

Lebih jauh, Susi mengatakan, sebagai regulator, dirinya ingin memastikan pembangunan yang terjadi mengutamakan kepentingan masyarakat dan lingkungan.

Namun, sayangnya, Susi mengakui, belajar dari pengalaman reklamasi yang ada di Indonesia, rupaya banyak hal yang mesti diperbaiki.

"Reklamasi harus diatur dengan peraturan pemerintah yang konsisten dan komprehensif, tidak parsial per daerah. Sebab, peraturan parsial menimbulkan banyak ketidaksepahaman antar-pemangku kepentingan," kata dia.

Regulasi yang menyeluruh itu diharapkan akan mengurangi pembangunan, dalam hal ini reklamasi yang acap kali diwarnai pro-kontra. Selain itu, regulasi yang menyeluruh juga berpeluang menjaga keserasian lingkungan.

"Sebetulnya, reklamasi yang betul itu menjaga lingkungan agar tidak terdegradasi. Namun, di kita, pengembang biasanya hanya membangun untuk dia sendiri. Untuk publik, tidak dipikirkan," pungkas Susi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com