Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ada Peluang Perlebar Defisit APBN

Kompas.com - 07/04/2016, 18:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Hendri Saparini mengatakan, realisasi penerimaan pajak kuartal-I 2016 yang rendah, tidak perlu disikapi secara gegabah. Menurut Hendri, pemerintah masih punya peluang untuk memperlebar defisit. Sebab, dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) 2016 defisit APBN dipatok 2,15 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Hendri mengatakan, apabila realisasi penerimaan pajak kuartal I-2016 hanya di kisaran 12-13 persen, pertanyaan yang harus dijawab pemerintah adalah berapa proyeksi penerimaan pajak hingga akhir tahun. "Kalau itu tidak bisa tercapai, maka yang bisa dilakukan adalah apakah menaikkan defisit. Kan sekarang defisitnya 2,15 dari PDB. Artinya, masih ada ruang sampai di bawah 3 persen," ucap Hendri ditemui usai diskusi dengan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Jakarta, Kamis (7/4/2016).

Menurut Hendri, penerimaan pajak kuartal I-2016 yang lebih rendah Rp 4 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu itu, tidak hanya karena rendahnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Hendri melihat pada kuartal-I 2016 sektor industri belum bergerak.

Hendri lebih lanjut bilang, seandainya dengan memperlebar defisit, target shortfall atau kekurangan penerimaan pajak Rp 200 triliun juga tidak tercapai,  mau tidak mau harus ada pemangkasan dalam APBN Perubahan.

Tidak pukul rata

Lebih lanjut, Hendri menyampaikan, apabila langkah pemangkasan belanja ditempuh, semestinya hal tersebut tidak dilakukan secara pukul rata. "Jadi memang harus ada kerja keras, yang mana yang tidak punya multiplyer, itu yang dipotong lebih besar," kata Hendri.

"Yang akan terkena dampak pada penciptaan lapangan kerja, atau kemiskinan, itu yang tidak boleh dipotong," pungkas Hendri.

Ditemui usai rapat soal smelter di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (7/4/2016), Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro memperkirakan PDB tahun ini mencapai Rp 12.600 triliun. Dengan asumsi defisit APBN 2,5 persen,  toleransi defisit tahun ini mencapai sebesar Rp 315 triliun.

Bambang, sebelumnya mengatakan, realisasi penerimaan pajak hingga akhir triwulan pertama 2016 masih belum memenuhi harapan karena terpengaruh rendahnya pendapatan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). "Pokoknya dibandingkan tahun lalu Rp 4 triliun lebih rendah. Persentasenya sekitar 12 persen-13 persen," kata Bambang, Selasa (5/4/2016).

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan pajak pada akhir Maret 2015 mencapai Rp 203,4 triliun. Sehingga diperkirakan realisasi penerimaan pajak per Maret 2016 berada pada kisaran Rp199,4 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com