JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak naik 3 persen di perdagangan Rabu (27/4/2016) dan menciptakan rekor harga tertinggi baru pada 2016.
Sementara itu, dollar tergelincir setelah Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS), mengumumkan tidak mengubah suku bunga acuan.
Pekan lalu, harga minyak sudah menunjukkan tanda kenaikan seiring data produksi dari industri yang menyatakan persediaan minyak di AS turun.
Namun, harga kembali terkoreksi setelah pihak Energy Information Administration AS melaporkan stok minyak mentah naik 2 juta barel sehingga jumlah stok mencapai puncak di 540,6 juta barel.
Sementara itu, pada Rabu sore, Fed mengumumnkan tetap pada suku bunga acuan yang ada. Menurut Fed, mereka tidak terburu-buru menaikkan suku bunga.
Hal itu membuat kontrak minyak untuk Brent dan US crude West Texas Intermediate (WTI) naik tertinggi sepanjang sesi.
"Momentum bullish dari perpektif teknikal, dengan pernyataan Fed yang dovish. Membuat pasar kembali bergairah walaupun ada peningkatan stok minyak," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di Clipperdata di New York.
Kontrak Brent bulan depan naik 1,44 dollar AS menjadi 47,18 dollar AS per barel. Sementara kontrak WTI bulan depan naik 1,29 dollar AS menjadi 45,33 dollar AS per barel.