BANDUNG, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menekankan perlunya perubahan paradigma pengelolaan sumber daya yang ada saat ini. Yakni dari "Sedot Ekspor" ke industri pengelolaan dengan nilai jual tinggi.
Hal ini diungkapkan Rizal Ramli saat menjadi pembicara dalam acara "Indonesia Youth Speak Summit 2016" yang diadakan oleh AIESEC dan PBB di Gedung Merdeka Kota Bandung, sekaligus rangkaian peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA), Sabtu (30/4/2016).
Rizal Ramli juga mengingatkan kepada generasi muda bahwa untuk menjadi negara yang hebat maka rakyatnya harus bisa menguasai laut.
"Jangan pernah bermimpi bisa menjadi negara hebat, kalau kita, terutama generasi mudanya tidak dapat menguasai laut," kata dia.
Menurut dia, pemerintahan presiden Joko Widodo atau Jokowi sangat jelas arahnya mengenai kebijakan pengelolaan sumber daya alam ini, yakni mendorong lebih banyak industri pengelolaan.
Dia menyontohkan, seharusnya sumber daya alam dari laut seperti ikan setelah ditangkap dari laut jangan langsung di ekspor namun harus ada industri yang bisa mengolahnya agar nilai jualnya bisa lebih tinggi.
"Lalu sedot gas di ekspor LNG. Kita enggak mau lagi model pengelolaan sumber daya alam seperti itu karena dengan hanya mengekspor LNG, Indonesia hanya akan mendapat keuntungan 2,5 miliar dolar AS per tahun," kata dia.
AIESEC (Association Internationale et Studiant Sociale Economic Commerciale), sebuah organisasi internasional untuk para pemuda yang membantu mengembangkan potensi kepemimpinan generasi muda dan Persatuan Bangsa-Bangsa menggelar acara Indonesia Youth Speak Summit 2016, di Gedung Merdeka Bandung.
Peserta forum ini adalah berbagai komunitas yang tergabung dalam Bandung Creative City Forum dan Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika, serta ketua himpunan dan Badan eksekutif mahasiswa di berbagai universitas.