Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Amran Tepis Keraguan soal Isu Kesehatan Jeroan Impor

Kompas.com - 18/07/2016, 05:42 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan pemerintah akan lebih memperhatikan faktor kesehatan seiring dengan dibukanya kembali impor jeroan dan daging secondary cut.

Hal itu menjawab kekhawatiran banyak kalangan, bahwa kebijakan impor itu akan turut menyebarkan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), bahkan virus hormon.

"Dokter kesehatan karantina sudah siap semua jangankan yang impor yang dalam negeri saja kita periksa," jelas Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Surabaya, Sabtu (16/7/2016).

Amran menjelaskan, proses impor yang dilakukan bukanlah secara sembarang. "Ini bukan impor seenaknya. Ini karena kebutuhan bukan keinginan," tambah Amran.

Sementara itu, isu penyakit yang dikhawatirkan akan timbul, dia membantah. Amran menggambarkan bahwa sapi Australia yang masuk ke Indonesia dalam bentuk bakalan pasti membawa jeroan dalam perutnya kemudian dipotong setelah digemukkan dalam waktu empat bulan.

Dan yang kedua langsung dibawa jeroan dari sapi yang sudah dipotong di negara tersebut.

“Sapi bakalan kan dibawa dari Australia ke Indonesia dalam keadaan hidup. Empat bulan baru kita potong. Ini (sapi kedua) dipotong di Australia. Ambil jeroannya, masuk. Apa bedanya?” tegasnya.

Amran menambahkan, kebijakan impor jeroan dan daging sapi secondary cut dilakukan untuk mengintervensi pasar secara "sehat".

"Jadi daging ketemu daging, jeroan ketemu jeroan. Jadi supaya kita makan jeroan tidak makan daging lagi. Karena kita butuh daging jadi bersifat komplementer," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com