Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenperin: SNI Wajib Pelumas Tidak Ganggu Impor Pelumas

Kompas.com - 30/10/2016, 06:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Direktur Industri Kimia Hilir Kementerian Perindustrian Teddy Sianturi menegaskan, pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib pelumas tidak akan menganggu impor pelumas.

"Memang masih ada yang salah paham. SNI wajib pelumas itu tidak akan mengganggu impor, justru menjaga kualitas pelumas yang beredar di dalam negeri," ungkap Teddy dalam workshop Forum Wartawan Industri (Forwin) di Lembang Bandung, Jumat malam (28/10/2016).

Teddy menjelaskan, pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib pelumas akan menarik investasi ke dalam negeri.

"Tujuan sebenarnya ke sana, produk yang biasa diimpor, perusahaannya jadi investasi ke dalam negeri," ujar Teddy di Bandung, Jumat.

Teddy menambahkan, rencana penerapan SNI wajib pelumas akan diberlakukan pada Juni 2017 namun masih menimbulkan kekhawatiran, terutama dari kelangan importir pelumas, padahal peraturan tersebut dibuat untuk melindungi kualitas pelumas yang beredar di Indonesia dan konsumennya.

Dia menjelaskan, hal itu terjadi karena masih banyak pelumas impor yang kualitasnya belum baik, bahkan produk palsu.

Dengan itu, SNI wajib merupakan salah satu cara agar perusahaan yang sebelumnya mengekspor pelumas ke Indonesia, akan memilih berinvestasi dan memproduksi pelumas di Indonesia.

"Pasar Indonesia potensial, kami yakin mereka mau masuk. Jadi, SNI wajib pelumas ini sangat penting. Mudah-mudahan Peraturan Menteri Perindustrian tentang ini bisa terbit tahun depan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com