Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Banyuwangi Bicara Sisi Positif Proteksi Pasar

Kompas.com - 13/12/2016, 15:32 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Proteksi pasar atau lebih sempitnya proteksi perdagangan merupakan salah satu upaya intervensi yang dilakukan pemerintah terhadap perilaku bisnis.

Proteksi pasar belakangan menjadi isu yang menarik lantaran kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden AS.

Trump dalam kampanyenya menjanjikan proteksi perdagangan yang lebih ketat. Negara-negara mitra dagang negeri Paman Sam itu pun ketar-ketir akan terjadi penurunan permintaan.

Namun bagai dua mata uang, proteksi perdagangan sejatinya juga memiliki dampak positif utamanya bagi pelaku domestik.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas telah membuktikan sendiri, bagaimana kebijakan proteksi yang ia lakukan betul-betul bekerja dan dapat mengerek pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi.

"Bagi saya logikanya begini, rakyat ini tidak hanya perlu kredit. Tetapi rakyat juga perlu proteksi pasar," kata Anas ditemui usai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional yang mengusung tema Kepemimpinan dalam Transformasi Organisasi, di Jakarta, Selasa (13/12/2016).

Anas mengisahkan, saat berkampanye dulu, di pasar-pasar tradisional, banyak pedagang yang mengeluhkan kondisi pasar yang sepi. Pembeli pun menurun. Keluhan sama disampaikan oleh para pemilik kios kelontong yang menjual aneka produk.

"Istilah saya, Mbok Yem, Yu Nah, Yu Tun ini bukan hanya perlu kredit. Tetapi pasarnya mereka perlu proteksi," kata Anas.

"Baru sekarang 'mbah-nya' liberalisme Amerika Serikat memproteksi juga. Trump terpilih karena kampanye-kampanye proteksi," imbuh Anas.

Sejak menjabat sebagai Bupati Banyuwangi, Anas mengambil kebijakan untuk tidak memberikan izin baru bagi toko ritel modern seperti Alfamart dan Indomaret.

Adapun bagi toko ritel yang sudah ada, tidak dilakukan penutupan. Selama lima tahun moratorium izin baru ini, Anas pun mengakui banyak desakan dari pemilik modal agar diberikan izin membuka ritel modern.

Namun Anas tetap tidak memberikan izin. Hasil dari kebijakan itu tidak sia-sia. Sebelum 2010, pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi hanya sebesar Rp 20,8 juta per orang per tahun.

Setelah 2015, pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi sudah mencapai Rp 37,78 juta per orang per tahun.

"Intinya rakyat ini perlu diproteksi, terutama Mbok Yem, Yu Nah, Yu Tun. Karena kalau mereka tidak diproteksi, maka mereka akan tergerus oleh pasar global," ucap Anas.

"Maka saya mohon maaf akhirnya pasar ritel tidak saya izinkan. Lima tahun ini pembukaan Alfamart, Indomaret baru, tidak kami izinkan," kata dia.

Tidak hanya ritel modern, pada saat awal menjabat, Anas juga mengeluarkan moratorium pembangunan pusat perbelanjaan (mal).

Pada saat itu, Anas berkomitmen akan membuka izin pembangunan mal apabila pendapatan per kapita masyarakatnya sudah di atas Rp 25 juta per orang per tahun.

"Sekarang sudah Rp 37,78 juta per orang per tahun. Sekarang saya izinkan pembangunan mal, tetapi itu pun tidak boleh dekat dengan pasar tradisional. Mal harus minggir minimal 4 kilometer dari pasar tradisional," ungkap Anas.

Bagi Anas, peningkatan pendapatan harus juga dibarengi dengan pemerataan dan turunnya ketimpangan. Hasilnya, gini ratio sebelum 2010 sebesar 0,33 menyempit menjadi 0,29 setelah 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com