JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) dalam Survei Penjualan Eceran November 2016 mengindikasikan bahwa secara tahunan pertumbuhan penjualan eceran meningkat.
Ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2016 yang tumbuh 10 persen secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan 8,1 persen (yoy) pada Oktober 2016.
"Peningkatan penjualan ritel terutama terjadi pada kelompok makanan. Secara regional, pertumbuhan tahunan penjualan eceran terbesar terdapat di kota Bandung (14,2 persen, yoy)," jelas bank sentral dalam keterangan resmi, Selasa (10/1/2017).
BI menyatakan, pada Desember 2016, pertumbuhan penjualan eceran diperkirakan meningkat menjadi 10,5 persen (yoy). Peningkatan penjualan eceran terutama terjadi pada kelompok makanan, yang tumbuh dari 8,6 persen (yoy) pada November 2016 menjadi 10,1 persen (yoy) pada Desember 2016.
"Di sisi lain, penjualan kelompok non makanan diperkirakan tumbuh melambat dari 12,1 persen (yoy) pada November 2016 menjadi 11 persen (yoy) pada Desember 2016," tulis BI.
BI dalam survei tersebut juga mengindikasikan bahwa tekanan kenaikan harga pada Februari 2017 diperkirakan menurun.
Indikasi tersebut terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan mendatang yang turun 4 poin menjadi sebesar 129,6.
Sementara itu, tekanan kenaikan harga pada enam bulan mendatang atau pada Mei 2017 diperkirakan meningkat sebagaimana tercermin dari IEH 6 bulan mendatang sebesar 126,8. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 124,8 pada bulan sebelumnya.