Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Celah, Wajib Pajak Tunda Realisasikan Repatriasi

Kompas.com - 12/01/2017, 13:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim saat ini sudah ada sejumlah dana hasil repatriasi amnesti pajak yang mengalir ke sektor riil, seperti properti dan pembangunan pabrik.

Tanpa mengatakan nilainya, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Irwan Lubis, menyebutkan dana repatriasi sudah masuk ke industri non keuangan. "Masuk melalui efek beragunan utang, reksadana, investasi non keuangan, seperti properti, pabrik dan lainnya,” katanya kepada Kontan, Rabu (1/11/2017).

Sampai batas waktu realisasi repatriasi, yaitu 31 Desember 2013, dari 21 bank gateway tercatat realisasi dana repatriasi baru mencapai Rp 112,2 triliun (bukan Rp 121,2 triliun yang ditulis Harian KONTAN,  Selasa (10/1)). Nilai itu lebih rendah Rp 29 triliun dari total komitmen repatriasi wajib pajak (WP) yang mengikuti amnesti pajak sebesar Rp 141 triliun.

Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo mengatakan, ada beberapa kemungkinan selisih realisasi repatriasi sebesar Rp 29 triliun. Pertama, WP membatalkan repatriasi sehingga menjadi deklarasi luar negeri yang menambah uang tebusan.

Kedua, WP manfaatkan celah dalam UU dan peraturan Menteri Keuangan (PMK), “Bagi yang ingin repatriasi paling lambat 31 Desember 2016. Bagi yang tidak, akan diberi peringatan. Setelah diperingatkan, baru dia memberikan tanggapan dan setelah tanggapan baru dilakukan law enforcement,” katanya.

Ini berarti sebelum ada peringatan, WP tidak wajib membawa pulang dana dari luar. “Nah dia menunggu surat peringatan. Karena itu, kirimkan surat peringatan saja bagi yang belum menarik duitnya,” ucapnya. Dengan begitu, masih ada peluang sehingga repatriasi bisa ditingkatkan.

Masih adanya selisih antara realisasi dan komitmen dana repatriasi, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, pemerintah sudah bekerja agar WP percaya, dengan mengeluarkan aturan, sosialisasi, dan  kampanye.

“Jadi ya tergantung pengusahanya. Bila ada yang tidak mau laksanakan, nanti kita cari caranya,” katanya, Rabu (11/1/2017).

Menurut Darmin, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemkeu) memiliki kewenangan besar untuk menyelesaikan selisih tersebut. Namun dia menekankan, solusinya bukan berarti harus menindak WP, melainkan fokus ke koordinasi antar lembaga supaya database pajak semakin kaya. (Ghina Ghaliya Quddus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teten Minta Wajib Sertifikat Halal UMKM Ditunda, Mendag: Kita Harus Latih

Teten Minta Wajib Sertifikat Halal UMKM Ditunda, Mendag: Kita Harus Latih

Whats New
Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Spend Smart
Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com