Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Akui Indonesia Masih Tertinggal di Berbagai Bidang

Kompas.com - 17/04/2017, 11:59 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui, saat ini Indonesia masih tertinggal diberbagai bidang jika dibandingkan dengan negara lain.

"Indonesia masih tertinggal di bidang infrastruktur, teknologi, dan skill (kemampuan), dan juga dari sisi pasar keuangan atau pasar modal yang masih belum mampu menjadi institusi yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi secara berkeadilan," ujar Ani sapaan akrab Sri Mulyani saat memberikan kuliah umum di Politeknik Sekolah Akutansi Negara (STAN) di Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (17/4/2017).

Ani menambahkan, dengan itu Indonesia saat ini tengah berbenah dan terus membangun diberbagai sektor mulai dari pembangunan ekonomi maupun pembangunan manusia agar mampu meningkatkan daya saingnya.

"Oleh karena itu, tantangan dalam negeri harus investasi di berbagai bidang," jelasnya.

Menurutnya, hal tersebut yang membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkeinginan terus membangun Indonesia melalui pinggiran agar terjadi pemerataan ekononi dan juga menurunkan ketimpangan ekonomi antar daerah.

"Presiden jokowi ingin pembangunan dari pinggiran, karena Indonesia negara kesatuan, dan semua adalah Indonesia, tidak boleh ada yang merasa terpencil dan tertinggal," ungkapnya.

Menurut Ani, yang tak kalah penting adalah pembangunan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) sejak dini, disamping pembangunan perekonomian ke depan.

"Setiap investasi membutuhkan biaya, dan juga pembangunan manusianya, setiap tahun ada 1,8 juta tenaga kerja yang masuk ke pasar kerja," paparnya.

Ani mengatakan, pembangunan manusia tidak hanya ketika sudah dewasa tetapi harua sejak dalam kandungan hingga pendidikan usia dini, hal itu dilakukan agar menghasilkan generasi penerus bangsa yang inovatif dan produktif agar menajdi aset negara dikemudian hari.

Selain itu, lanjut Ani, pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor dalam negeri dan faktor luar negeri.

Menurutnya, hal itu menjadi tantangan yang harus dihadapi karena Indonesia menganut sistem perekonomian yang terbuka.

"Didalam negeri kita hadapi tantangan dan luar negeri juga hadapi tantangan karena kita menganut ekonomi terbuka, dan bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia, karena kita punya jendela dan pintu seperti ekspor impor, orang masuk dan keluar, modal masuk dan modal keluar, uang masuk dan uang keluar," jelas Sri Mulyani.

Dia menambahkan, dari seluruh negara yang ada di dunia semuanya memiliki ekonomi yang terbuka untuk membangun pertumbuhan ekonominya.

"Di dunia ini 192 negara tidak ada negara yang tertutup, bahkan yang terkena sanksi seperti Iran pingin terbuka," jelasnya.

(Baca: Sri Mulyani: Anda Telah Berutang ke Negara, Anda Wajib Memahami Persoalan Negara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com