Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuartal I 2017, Garuda Indonesia Rugi Rp 1,31 Triliun

Kompas.com - 29/04/2017, 14:04 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan rugi bersih atau rugi yang diatribusikan ke entitas induk sebesar 98,5 juta dollar AS pada tiga bulan pertama 2017, atau sekitar Rp 1,31 triliun (kurs 13.300).

Namun, rugi periode berjalan adalah sebesar 99,1 juta dollar AS. Dibandingkan kuartal I tahun lalu, emiten dengan kode saham GIAA itu masih mencetak laba bersih atau laba yang diatribusikan ke entitas induk sebesar 1,02 juta dollar AS. Sedangkan laba periode berjalan adalah sebesar 800.000 dollar AS.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengatakan, kerugian bersih tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga bahan bakar avtur.

Dalam setahun terakhir, biaya bahan bakar naik 54 persen dari 189,8 juta dollar AS menjadi 292,3 juta dollar AS.

"Kita tahu dalam setahun ini harga minyak meningkat, dan berpengaruh terhadap biaya bahan bakar," kata Pahala di Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Kenaikan biaya bahan bakar tersebut secara signifikan membuat total biaya operasional meningkat 21,3 persen dari 840,1 juta dollar AS menjadi 1,01 miliar dollar AS. Penerimaan yang naik 6,2 persen dari 856 juta dollar AS menjadi 909,5 juta dollar AS tak mampu mengkompensasi tingginya biaya.

"Biaya bahan bakar ini kan komposisinya 20-30 persen dari total biaya operasional," kata Pahala.

Selain karena harga avtur, mantan petinggi Bank Mandiri itu juga mengakui beberapa rute penerbangan baik domestik maupun mancanegara mengalami kerugian.

Setidaknya ada 10-20 rute dalam daftar yang tengah dikaji oleh pihak maskapai mengenai keberlanjutannya.

"Kami belum memutuskan melakukan penghilangan rute. Kami mesti cari solusinya apa. Dalam satu-dua minggu ini akan kami eksekusi," tutur Pahala.

Strategi Garuda

Pahala lebih lanjut mengatakan, ke depan pihaknya akan melakukan berbagai upaya efisiensi untuk menekan kerugian. Akan tetapi, dikarenakan bahan bakar merupakan biaya yang di luar kendali, maka efisiensi tidak hanya dilakukan dari sisi operasional.

"Anak usaha kami, Citilink, juga bisa menjadi sumber kami memperoleh laba. Selain memperbaiki kinerja dari sisi cost, kami juga melakukan optimalisasi serta memperbaiki produk," ucap Pahala.

Sementara itu ketika ditanyakan perkiraan kinerja di kuartal II, Pahala mengaku kemungkinan besar belum akan membukukan laba bersih. Minimal, kata dia, rugi bersih turun secara bertahap hingga enam bulan ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com