Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menperin: Bapak Sosok Panutan

Kompas.com - 15/05/2017, 17:24 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Perindustrian pada masa orde baru, Hartarto Sastrosoenarto meninggal dunia pada usia 84 tahun di Rumah Sakit Siloam, Jakarta Barat, Minggu, 14 Mei 2017.

Pria kelahiran 30 Mei 1932 di Klaten, Jawa Tengah ini dinilai telah berjasa mendorong suksesnya pembangunan industri di Indonesia dengan kemampuan bangsa sendiri.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto selaku putra kedua Almarhum Hartarto, menilai ayahandanya sebagai sosok panutan karena mampu berkinerja baik selama mengabdi kepada negara.

“Sebagian besar kariernya, Bapak habiskan untuk mengabdi kepada negara. Misalnya, di Departemen Perindustrian, mulai dari Kepala Subdit, Direktur, Dirjen, sampai menjadi Menteri. Pernah menjabat dua kali Menko,” ujarnya di Jakarta, Senin (15/5/2017).

Pada kesempatan tersebut, mewakili keluarga, Airlangga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian, doa, serta dukungan bagi almarhum dan keluarga.

Turut hadir di kediaman almarhum, antara lain Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan wakil presiden Boediono.

Selain itu, pengusaha Aburizal Bakrie serta Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani. Kemudian, pendiri Medco Energi Internasional Arifin Panigoro.

Mantan Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong, Agum Gumelar menyampaikan, semua orang merasa kehilangan mengingat Almarhum Hartarto merupakan salah satu tokoh terbaik Indonesia. ”Saya turut berduka dan saya pengagum perjalanan kehidupan beliau,” ungkapnya.

Hartarto mulai menggeluti dunia industri sejak dekade 1960-an. Berawal menjadi Koordinator Teknik Proyek Perluasan Pabrik Kertas Leces hingga menjabat sebagai direktur.

Pada periode 1964-1965, sempat menjadi Direktur Badan Pimpinan Umum (BPU) Pulp dan Kertas. Selanjutnya, menjabat posisi Asisten I Kopel PN Industri Kimia.

Pada 1968, dia dipercaya menjadi Kepala Dinas Produksi pada Ditjen Perindustrian Kimia, Departemen Perindustrian. Karier ini sebagai awal mulanya duduk di bangku pemerintahan.

Pada 1973, pria bersuara bariton ini ditarik menjadi Direktur Pembinaan pada Ditjen Pembinaan Industri Kimia. Dua tahun berikutnya, diangkat menjadi Direktur Industri Silikat.

Kariernya makin melejit saat menjabat sebagai Dirjen Industri Kimia pada 1979 sampai kemudian diangkat menjadi Menteri Perindustrian pada 1983. Sebagai menteri, penerima lima gelar doktor honoris causa yang selama 40 tahun bekerja di lingkungan pemerintah ini sangat menentang ekspor bahan mentah dan mendesak agar Indonesia hanya boleh mengekspor hasil olahan.

Selain menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993), Hartarto juga pernah mengabdi sebagai Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi (Menko Prodis) pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).

Kemudian, Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Menko Wasbangpan) pada Kabinet Pembangunan VII (1998-1999).

Hartarto memulai pendidikan sarjananya di Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung (sekarang ITB) pada 1952-1955 hingga tingkat III yang kemudian dilanjutkan BSc of Honours di jurusan Teknik Kimia University of New South Wales pada 1955-1959.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com