Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Naik, Indonesia Bakal Keluar dari "Fragile Five"

Kompas.com - 18/11/2014, 12:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo mengagetkan banyak pihak dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi secara tiba-tiba tadi malam. Jokowi yang mengumumkan langsung kebijakan tersebut mengatakan, harga BBM akan naik sekitar 30 persen atau Rp 2.000. Kenaikan harga BBM bersubsidi itu akan berlaku per Selasa (18/11/2014) ini pukul 00.00 WIB.

Dengan demikian, harga bensin naik menjadi Rp 8.500 per liter dan solar menjadi Rp 7.500 per liter.

Jokowi mengaku, kebijakan yang diambil pemerintah ini merupakan keputusan yang berat. Sebab, dipastikan bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan harga kebutuhan pokok ikut terkerek. "Tapi, ini demi menghadirkan belanja negara yang lebih bermanfaat bagi rakyat," ujar Jokowi saat mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi, Senin (17/11/2014) di Istana.

Dengan menaikkan harga BBM, Jokowi berharap kondisi anggaran negara akan semakin sehat karena dapat menghemat anggaran yang cukup signifikan.

Hitungannya, penghematan anggaran tahun ini bisa mencapai sekitar Rp 20 triliun. Penghematan anggaran subsidi tahun depan lebih besar. "Sekitar Rp 100 triliun," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

Pro dan kontra

Ekonom Institut Pertanian Bogor, Iman Sugema, menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi adalah opsi terburuk karena meningkatkan inflasi, memperlambat ekonomi, dan menambah kemiskinan. Perhitungan Iman, inflasi tahun ini naik 2 persen atau menjadi 7,3 persen. Dia lebih setuju pembatasan BBM bersubsidi untuk mobil pribadi karena lebih minim risikonya.

Sedangkan Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, kenaikan harga Rp 2.000 akan mengakibatkan inflasi hingga akhir tahun akan berada pada posisi 6,5 persen. Inflasi ini bila dibanding inflasi pada tahun lalu yang mencapai 8,38 persen relatif lebih terkendali.

Menurut Lana, yang paling penting dari kenaikan harga ini adalah realokasi anggaran. "Realokasi subsidi digunakan untuk kesejahteraan sosial dan pembangunan infrastruktur," ujar Lana ketika dihubungi Kontan, Senin (17/11/2014).

Penghematan anggaran yang terjadi dari kenaikan yang mencapai Rp 100 triliun harus digunakan untuk mendongkrak ekonomi tahun depan.

Di sisi lain, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat, kenaikan harga sebesar Rp 2.000 per liter sesuai dengan ekspektasi harga minyak dunia yang sedang turun.

Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah keberlangsungan jangka panjang. Harga minyak dunia bisa saja terus turun atau mengalami kenaikan. Maka dari itu, sebaiknya pemerintah menerapkan subsidi tetap.

Dengan subsidi tetap, anggaran subsidi akan stabil hingga akhir tahun. Menurut David, inflasi yang akan terjadi hingga akhir tahun dengan kenaikan Rp 2.000 per liter adalah 7,5 persen. Sementara itu, untuk inflasi tahun depan adalah 6 persen-8,5 persen.

Dengan melihat prediksi inflasi tersebut, David melihat bisa saja Bank Indonesia (BI) melakukan kenaikan suku bunga 25 bps untuk mengimbangi ekspektasi inflasi.

Bisa keluar dari fragile five

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com