Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Harga Minyak Dunia Naik, Akankah Pemerintah Kembali Menyubsidi Premium?

Kompas.com - 02/01/2015, 16:05 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mulai 1 Januari 2015, pemerintah menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM) berjenis premium atau RON 88. Harga premium dalam negeri kemudian dilepas berdasarkan harga keekonomian. Dengan demikian, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, harga premium bisa naik lagi jika harga minyak dunia kembali melonjak.

"Intinya kita lepaskan ke harga keekonomian, pemerintah sudah tidak menyubsidi jadi kalau harga keekonomian turun, kita turunkan kalau harga keekonomian naik ya dinaikkan," kata Sofyan di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (2/1/2015).

Lantas, akankah pemerintah kembali menyubsidi premium jika harga minyak dunia kembali naik? Sofyan menjawab bahwa pemerintah saat ini tengah membiasakan masyarakat untuk tidak bergantung pada subsidi pemerintah.

Menurut dia, masyarakat harus terbiasa dengan harga keekonomian BBM. Dengan demikian, masyarakat bisa mulai berhemat BBM. "Jangan bicara itu (subsidi) dulu. Yang penting sekarang kita lepaskan pada harga keekonomian biar masyarakat terbiasa dengan harga keekonomian dan itu akan membuat masyarakat berhemat. Karena energi biar bagaimana pun barang langka," kata Sofyan.

Kendati demikian, menurut Sofyan, pemerintah akan meninjau kembali harga premium secara berkala. Ia pun menampik kemungkinan inflasi tak terkontrol jika harga BBM berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu. "Enggak, masyarakat akan terbiasa. Masalahnya inflasi, karena ini ibratanya tertunda-tunda, jadi begitu dilepaskanj langsung meledak. Kalau naik turun, masyarakat akan terbiasa, ada inflasi, ada deflasi, akan lebih baik, APBN kita lebih baik dan subsidi bisa ke lebih produktif," ucap Sofyan.

Seperti diberitakan sebelumnya, mulai 1 Januari 2015, Premium atau RON 88 masuk dalam jenis BBM khusus penugasan dan BBM umum nonsubsidi. Sedangkan BBM tertentu bersubsidi tinggal  minyak tanah dan solar masuk dalam BBM tertentu bersubsidi. Meski tidak disubsidi, harga premium turun menjadi Rp 7.600 per liter, seiring dengan anjloknya harga minyak dunia yang mendekati level 50 dollar AS per barel.

baca juga:
Sama-sama "Bersaldo Nol", Jokowi dan SBY Punya Motif Beda Saat Turunkan Harga BBM
Ini Komentar Jokowi soal Penghapusan Subsidi untuk Premium

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com