Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netizen Kritisi Seruan Boikot Starbucks di Indonesia

Kompas.com - 30/06/2017, 20:30 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - CEO Starbucks, Howard Mark Schultz diketahui mendukung kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). 

Pemerintah Indonesia pun diminta mencabut izin operasional gerai kedai kopi asal Amerika Serikat tersebut Indonesia.

Menanggapi itu, para netizen di media sosial Twitter ramai-ramai memperbincangkannya. Bahkan sampai menjadi topik atau trending topic dunia.

Netizen @Takviri misalnya, ia men-tweet bahwa seruan boikot Starbucks di Indonesia tebang pilih. Alasannya, banyak produk global lainnya yang ada di Tanah Air justru tidak pernah diminta agar diboikot.

"Boikot koq tanggung-tanggung cuma Starbucks, founder Facebook terang2an dukung LGBT, CEO Apple gay, kenapa ga boikot sekalian?" ujar cuitan akun @Takviri, Jumat (30/6/2017).

Tak berbeda, netizen @imanlagi juga berujar, bahwa banyak perusahaan lain yang akrab dengan masyarakat Indonesia yang lebih terbuka mendukung LGBT. Namun selama ini justru tak pernah diminta untuk diboikot.

"Sebenarnya kalau soal dukungan terbuka utk LGBT, Apple, Adidas, atau Nike lebih total loh," kata akun @imanlagi.

Netizen lainnya, @imanbr pun heran lantaran kenapa hanya Starbucks yang kemudian diminta dicabut izinnya. "Banyak corporasi asing mendukung LGBT, karena kebijakan anti diskriminatif. Boeing, Coca Cola, Honda, Toyota, Apple dst. Jadi boikot semua?" katanya.

Sementara itu, netizen @Dhandy_Laksono menyayangkan seruan pencabutan izin dan pemboikotan gerai kedai kopi Starbucks di dalam negeri.

Sineas film dokumenter itu beralasan, harusnya pencabutan izin operasional dan pemboikotan Starbuck di Indonesia dilakukan karena mengancam petani kopi lokal. "Di negara lain ada seruan boikot Starbucks krn tak menerapkan fair trade dgn petani kopi atau mengancam kedai lokal. Di sini soal LGBT? :)," tutup pemilik akun twitter dengan 46.000 pengikut tersebut.

Diketahui, Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta pemerintah mencabut izin operasional Starbucks di Indonesia. Alasannya, CEO Starbucks, Howard Mark Schultz mendukung kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). 

Muhammadiyah Khawatir, keuntungan yang didapat Starbucks di Indonesia uangnya sebagian dipergunakan untuk untuk melegalisasikan LGBT dan perkawinan sejenis, baik langsung atau tidak langsung.

Marketing Communications dan CSR Manager, PT Sari Coffee Indonesia, selaku pemegang lisensi Starbucks Indonesia, Yuti Resani telah dihubungi melalui email.

"Terima kasih atas email Anda. Saat ini saya cuti dan memiliki akses terbatas ke email saya. Saya akan kembali ke kantor pada hari Rabu, 5 Juli 2017," tulis email balasan otomatis Yuti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com