"Pergerakan nilai tukar rupiah masih berada dalam area negatif, padahal sebenarnya dari sisi kenaikan BI rate menjadi 6,5 persen dapat memberikan amunisi sentimen positif baru," kata Kepala Riset PT Trust Secuities, Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (12/7/2013).
Apalagi, lanjut dia, dari sisi pergerakan dollar AS juga sedang sedikit melemah setelah The Fed menyatakan bahwa pihaknya masih ingin mempertahankan stimulusnya karena beberapa indikator ekonomi belum sesuai dengan targetnya.
"Tetapi, penurunan nilai tukar yen Jepang di pasar keuangannya turut berimbas pada pelemahan rupiah," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menambahkan BI yang memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 6,5 persen dan FasBI (Fasilitas simpanan BI) sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen sudah diperkirakan sebelumnya dengan sinyal kebijakan ’pre-emptive’ BI untuk menghadapi tekanan inflasi setelah naiknya harga BBM subsidi.
"Inflasi tertinggi diperkirakan akan terjadi pada bulan Juli ini. BI memproyeksikan inflasi Juli 2013 ini akan mencapai 2,34 persen," kata dia.
Kenaikan BI rate itu, lanjut dia, juga sebagai upaya mengurangi tekanan jual investor asing yang masih berlanjut di pasar obligasi dan saham yang dikawatirkan terus menggerus posisi cadangan devisa, diantaranya karena keluarnya dana asing di pasar modal sebesar empat miliar dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.