Perwakilan keluarga Sukanto Tanoto, Andersen Tanoto mengatakan masalah lingkungan yang terjadi harus diselesaikan. Pihaknya berharap agar NGO memahami berbagai kesulitan yang dihadapi perusahaan.
"Kami ingin agar NGO juga mengerti kesulitan yang kami hadapi, sehingga ada solusi yang bisa kami jalankan. Hal ini karena ada beberapa NGO yang hanya menuding, namun tidak membantu memberi jalan keluar," jelasnya Selasa malam (23/7/2013).
Menurutnya, perseroan sangat terbuka untuk bekerja sama dengan NGO. Hingga saat ini sudah ada beberapa organisasi yang digandeng dalam rangka pelestarian lingkungan di wilayah Riau. Namun demikian, perseroan juga tidak menutup mata bahwa ada NGO yang memiliki motif kepentingan perusahaan asing.
"Saat ini banyak NGO yang tidak sekarang yang tidak pure menyuarakan isu-isu lingkungan, karena mereka membawa kepentingan perusahaan di luar, dan sebagainya. Kita bukannya tak mau berinteraksi dengan mereka," jelasnya.
Hingga saat ini, RAPP, PT Asian Agri dan perusahaan yang masih terafiliasi menerapkan kebijakan no burn"\ atau tidak boleh membakar pohon untuk pembukaan lahan. Guna pembukaan lahan, perusahaan menggandeng berbagai mitra lokal, yang rata-rata adalah usaha kecil dan menengah (UKM).
"Saat saya terbang dari Mandau (Riau) dan melintasi area lahan perusahaan, saya melihat ada asap. Lantas, saya langsung menelpon unit damkar perusahaan untuk segera mematikan api yang ada. Kami menerapkan kebijakan no burn," jelasnya.
Selain itu, perseroan juga memanfaatkan limbah pabrik untuk digunakan keperluan lain, di antaranya adalah untuk pembangkit listrik tenaga biomassa. Selain untuk keperluan perusahaan, listrik yang dihasilkan juga dialirkan untuk memasok kebutuhan listrik masyarakat di Kabupaten Pangkalan Kerinci.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.