"Pelambatan perekonomian Indonesia ini karena berkurangnya konsumsi domestik, baik dari konsumsi swasta maupun investasi," kata Destry di Jakarta, Minggu (4/8/2013).
Ia menerangkan, penurunan sektor konsumsi domestik disebabkan oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) yang baru saja merilis kenaikan suku bunga acuan BI (BI Rate) sebesar 75 basis poin (bps) dalam dua bulan terakhir. Efeknya, bunga pinjaman juga naik. Hal ini berdampak ke sektor investasi. Kredit perbankan ke sektor investasi berkurang akibat naiknya bunga kredit.
"Untuk investasi memang sedikit ada pelambatan sebesar 4,67 persen dibanding analisis kami sebesar 5 persen. Sementara itu, konsumsi swasta masih relatif tangguh karena bisa naik 5,1 persen (YOY) dibanding prediksi kami 4,9 persen," tambahnya.
Di kuartal III-2013, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih tertekan. Hal ini disebabkan oleh dampak kenaikan bahan bakar minyak yang berpengaruh terhadap inflasi. Menurut Destry, kenaikan inflasi di Juli 2013 sebesar 3,29 persen menyurutkan minat masyarakat dalam konsumsi domestik.
Ia berharap konsumsi domestik meningkat di momen Lebaran. Program bantuan langsung sementara masyarakat/BLSM sebagai kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi diharapkan juga dapat mendongkrak konsumsi.
"Memang di kuartal III-2013 ini permintaan domestik masih akan berkurang. Namun, di akhir tahun kami harapkan bisa naik karena banyak pengeluaran untuk pemilu. Kami harap ekonomi Indonesia bisa rebound," ujarnya.
Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada sepanjang 2013 ini akan mencapai 5,9-6,3 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.