Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Open Sky 2015, Menhub: Cuma Garuda dan Lion Air yang Kuat

Kompas.com - 11/10/2013, 13:06 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Perhubungan (Menhub), E.E. Mangindaan mengatakan, konektivitas ASEAN menjadi motor penggerak petumbuhan ekonomi Asia Pasifik. Namun begitu, ia mengakui perlu berhati-hati dengan kesepakatan liberalisasi penerbangan, Open Sky 2015.

“Kita Open Sky begini, kita bebas sama sekali. Hati-hati, kita cuma punya Garuda dan Lion yang kuat. Masuk Singapura, masuk apa semua, dia kasih harga rendah, kita bangkrut,” kata Mangindaan ditemui di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (11/10/2013).

Sebagaimana diketahui, salah satu hasil forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) yang berlangsung di Bali baru-baru ini menyepakati konektivitas menjadi point penting pertumbuhan ekonomi.

Mangindaan menuturkan, liberalisasi transportasi di tingkat ASEAN yakni Open Sky 2015 sejalan dengan cita-cita APEC untuk meningkatkan konektivitas. “Konektivitas APEC akan menjadi mesin ekonomi dunia,” imbuhnya lagi.

Meskipun isu konektivitas menjadi penting untuk pertumbuhan ekonomi regional dan global, Mangindaan mengatakan perlu juga untuk melindungi kepentingan nasional. Oleh karena itu, aturan main dalam Open Sky 2015 yang disepakati, harus lebih mementingkan kepentingan nasional.

Ia mencontohkan, kesepakatan bilaretal dengan Singapura. Saat ini Indonesia memiliki lima international airport, yakni Medan, Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makasar. Sementara Singapura hanya memiliki satu airport international.

“Ada aturannya, misal begini, kita dengan Singapura, kesepakatan 50:50. Singapura itu satu kota, dia minta 50:50, memang kita juga oke, 10 penerbangan tiap hari. Mereka dapat 10 penerbangan ke Indonesia, kita dapat 10 penerbangan ke Singapura. Bukan berarti karena kita punya 5 pintu, mereka dapat 50 penerbangan,” jelasnya.

Aditya Panji/Kompas.com Lion Air

Jumlah Bandara

Ditemui secara terpisah, Kapuskom Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan menjelaskan, dari 10 negara ASEAN beberapa negara memiliki bandara internasional yang sedikit, seperti Singapura dan Brunei Darussalam.

Ini menjadi masalah ketika Indonesia memiliki lebih banyak bandara internasional. Artinya, jika kesepakatan 50:50 (berdasarkan jumlah penerbangan) maka, peluang mereka menerbangi langit Indonesia lebih luas.

Sementara itu, dengan jumlah bandara internasional yang lebih sedikit, peluang Indonesia juga semakin kecil.

“Kalau mau nambah frekuensi itu kan dipengaruhi kepadatan. Bagaimana kepadatan bandara mereka,” kata Bambang.

Bambang menambahkan, Open Sky 2015 juga mengatur rute penerbangan yang boleh dijajaki maskapai asing. Ia mengatakan, maskapai asing hanya boleh terbang di rute internasional, dan bukan rute domestik.

“Jadi point to point, dari Singapura ke Jakarta, atau Singapura ke Denpasar. Tidak boleh maskapai Singapura terbang, rute Jakarta-Denpasar,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com