Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Banyak "Petani Gurem" yang Alih Profesi

Kompas.com - 02/12/2013, 19:10 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Pusat Statistik  mencatat penurunan jumlah petani gurem yang cukup signifikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Dari Sensus Pertanian 2013, jumlah petani gurem tercatat sebanyak 14,25 juta rumah tangga, merosot 25,07 persen dibanding 10 tahun silam.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, terjadi penurunan sebanyak 4,77 juta rumah tangga dibanding 2003, yang sebanyak 19,02 juta rumah tangga petani gurem. Petani gurem adalah petani yang mengolah lahan kurang dari 0,5 hektar.

”Banyak yang karena luasnya kecil, disewakan saja, sementara yang memiliki tanah pindah ke sektor lain, ke perdagangan, jasa, jadi pegawai, ada juga yang dijual. Yang sangat memengaruhi penurunan jumlah petani gurem ini karena banyak lahan yang dijual dan disewakan, sehingga terjadi penurunan,” ujar Suryamin, di Jakarta, Senin (2/12/2013).

Sensus Pertanian 2013 mencatat, terjadi penurunan rumah tangga petani gurem di seluruh pulau, kecuali Maluku dan Papua. Penurunan terbesar ada di Pulau Jawa, dari 14,18 juta rumah tangga (2003) menjadi 10,18 juta rumah tangga (2013). Dari persentase itu, penurunan terbesar terjadi di Jawa Tengah, yaitu hampir 1,32 juta rumah tangga.

”Maluku dan Papua mengalami peningkatan rumah tangga petani gurem dari 0,3 juta menjadi 0,44 juta rumah tangga, ini karena Papua yang meningkat,” kata Suryamin.

Sementara itu, provinsi yang mengalami perubahan jumlah rumah tangga petani gurem terbesar adalah Banten, disusul Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Jawa Timur. ”Itu karena beralih profesi, atau dijual,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Whats New
Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com