Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taruhan Paket Bali

Kompas.com - 05/12/2013, 09:35 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Sikap India dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) keras. Negara dengan 1,237 miliar penduduk itu menolak negosiasi terhadap proposal mengenai cadangan pangan yang diusulkan melalui kelompok G-33.

India bersikukuh pada usulan meningkatkan cadangan pangan dari 10 persen menjadi 15 persen dari total produksi pangan dengan waktu subsidi tidak terbatas. India menolak kompromi yang diajukan negara maju menyepakati besaran subsidi hingga 15 persen, tetapi dibatasi hanya empat tahun.

Penolakan tersebut akan menyebabkan KTM di Bali tidak menghasilkan kesepakatan sebagai konsekuensi penerapan klausul single undertaking (nothing is agreed until everything is agreed). Akibatnya, sektor pertanian akan dikembalikan kepada kesepakatan Putaran Uruguay tahun 1986 yang hanya memperbolehkan subsidi pangan maksimal 10 persen.

India termasuk salah satu negara yang akan terkena tuduhan pelanggaran subsidi sehingga bisa dibawa ke sidang panel WTO dan mendapatkan sanksi. Indonesia masih aman karena subsidi pertanian terkait stok pangan kurang dari 10 persen dari produksi mengacu harga yang ditetapkan tahun 1986-1989.

China yang baru masuk WTO juga bisa terkena sanksi serupa. Negara-negara anggota WTO meyakini stok pangan di China lebih dari 10 persen. Namun, tak ada yang bisa mengonfirmasi besaran stok pangan China.

Jika proposal G-33 gagal, klausul tariff rate quota (TRQ) dan export competition yang menguntungkan Indonesia tidak bisa dilaksanakan. Indonesia dapat menaikkan tarif impor produk susu dan beras untuk melindungi petani.

Export competition berisi kesepakatan negara maju untuk mengurangi bantuan subsidi terhadap sektor pertanian supaya produk pertanian negara berkembang lebih berdaya saing.

Apakah sikap India akan tetap keras sampai akhir pertemuan 6 Desember ini? Masih ada harapan. AS dan Pakistan, yang bertentangan dengan India dalam masalah ini, sudah menyerahkan proses negosiasi kepada Ketua KTM Ke-9 WTO Gita Wirjawan dan Sekretaris Jenderal WTO Roberto Azevedo.

Banyak anggota WTO berharap India bisa sedikit melunak. Kalaupun tak mau seutuhnya menerima usulan negara maju, India setidaknya bersedia menyebutkan berapa tahun subsidi bisa diterapkan untuk cadangan pangan hingga 15 persen. Sangat disayangkan jika India tidak mau beranjak.

Negosiasi formal dan informal masih diupayakan demi Paket Bali. Paket ini diharapkan bisa melanjutkan Agenda Pembangunan Doha dan taruhan bagi masa depan perdagangan multilateral. (HERMAS E PRABOWO/A HANDOKO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com