Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mary Barra, Insinyur Perempuan CEO Baru General Motors

Kompas.com - 11/12/2013, 12:47 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber
NEW YORK, KOMPAS.com - General Motors, pada Selasa (10/12/2013), menunjuk veteran perusahaan Mary Barra sebagai kepala eksekutif (CEO) baru. Dengan penunjukan ini, Barra menjadi perempuan pertama yang menjadi wanita pertama yang memimpin sebuah industri otomotif besar.

Perusahaan ini baru saja keluar dari skema penyelamatan Pemerintah Amerika Serikat yang mereka jalani sejak 2008. Barra menggantikan Dan Akerson yang akan memasuki masa pensiun pada 15 Januari 2014.

"Dia dipilih karena bakatnya, bukan (karena) gender," kata Akerson tentang penggantinya, Selasa. Barra (51), saat ini adalah Wakil Presiden Eksekutif untuk pengembangan produk global, pembelian, dan rantai pasokan.

General Motors berpendapat Barra sudah menunjukkan kemampuan seorang pemimpin dalam perputaran perusahaan. Barra telah bekerja di General Motors selama 33 tahun, menjalani tanjakan karir melewati posisi di bidang produksi, teknik, dan staf senior.

"Dia dibesarkan di perusahaan, bekerja di lantai pabrik, mengelola instalasi pabrik, dan kemudian berhasil di persoalan terbesar sekaligus paling kompleks di bisnis kami, pengembangan produk global dan manajemen rantai pasokan global," papar Akerson.

Akerson bahkan menganggap janggal bila General Motors disebut sebagai "klub laki-laki". Dia mengatakan selama ini perusahaannya sudah mencatat deretan pemimpin divisi perempuan, dengan porsi sekitar 25 persen.

Barra, bersama sekelompok kecil eksekutif lain di General Motors, sudah diduga akan menjadi pemimpin masa depan perusahaan otomotif itu. Pengangkatan Barra pun dinilai bukan kejutan, meskipun lebih awal daripada perkiraan.

Akerson semula berencana akan pensiun pada pertengahan 2014 tetapi kemudian mempercepat rencana itu dengan alasan kesehatan istrinya. Istri Akerson saat ini memasuki stadium akhir kanker.

"Saya meninggalkan (General Motors) dengan kepuasan besar atas capaian kami, optimisme yang besar untuk masa depan, dan bangga bahwa kami telah memulihkan General Motors sebagai standar industri otomotif global dari Amerika," ujar Akerson.

Beda Barra dengan CEO perempuan lain

Namun, pandangan bahwa pengangkatan Barra merupakan kejadian penting bagi industri otomotif tetap muncul dari analis senior di Edmunds, Michelle Krebs. "Ini hari bersejarah bagi General Motors dan industri otomotif," kata dia.

Pengumuman penunjukan Barra datang sehari setelah Departemen Keuangan Amerika Serika menjual saham terakhir pemerintah di perusahaan itu. Pada 2008, Pemerintah Amerika mengambil alih kendali perusahaan ini dengan menyuntikkan dana 50 miliar dollar AS, untuk mencegah kehancuran industri karena hantaman krisis ekonomi.

General Motors sudah kembali menjual saham di lantai bursa pada November 2010. Penjualan produk mereka pada tahun ini pun sudah menjadi angka penjualan terbaik sejak 2007, menempatkannya pada posisi kedua industri otomotif Amerika. Posisi teratas saat ini ditempati Ford yang lolos dari krisis ekonomi pada 2008 tanpa perlu suntikan dana talangan pemerintah.

Penunjukan Barra sekaligus memasukkannya dalam sekelompok kecil perempuan yang memimpin perusahaan besar di berbagai sektor industri di Amerika Serikat. Di antara para perempuan tersebut adalah Virginia Rometty dari IBM, Meg Whitman dari Hewlett Packard, Patricia Woertz di Archer Daniels Midland, Ellen Kullman di DuPont, dan Marissa Mayer dari Yahoo.

Namun Barclays memberikan poin tambahan untuk Barra di antara dereta para perempuan tersebut, yakni latar belakang Barra sebagai seorang insinyur. "Kami melihat pengumuman ini merupakan hal positif, karena menandai pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama General Motors dijalankan lagi oleh seorang insinyur," tulis pernyataan Barclays.

"Kami percaya fokus pada pengembangan produk yang efektif dan proses rekayasa akan menjadi lebih kerap terjadi di General Motors dengan promosi Barra, akan menjadi bagian dari evolusi perusahaan dan perbaikan yang sedang berlangsung."

Akerson memang tak berlatar belakang insinyur. Sebelum memimpin General Motors, Akerson bekerja di perusahaan investasi Carlyle Group dengan spesialisasi keuangan. Pada masa kepemimpinan Akerson, General Motors mengefisienkan portofolionya dengan model investasi yang baru.

"Kami mereformasi General Motors. Setelah kami yang pernah datang, kami pun pada akhirnya harus pergi," ujar Akerson dengan bangga. Para analis mengatakan tantangan terbesar Barra kelak adalah meningkatkan kinerja perusahaan di Eropa mengingat lambatnya pemulihan ekonomi di wilayah tersebut, sembari menjaga pertumbuhan yang tinggi di China dan pasar penting lainnya.

Para analis juga menanti strategi baru perusahaan untuk dapat memberikan deviden yang menarik bagi para pemegang saham. Di bursa, penunjukan Barra justru diikuti dengan penurunan 1,2 persen saham di bursa, Selasa, dibuka dengan melorot 0,9 persen pada perdagangan tengah hari. Sementara selama setahun terakhir saham General Motor melejit hingga 60 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com