Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APBN 2015 Prorezim yang Baru

Kompas.com - 21/02/2014, 11:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015 akan disusun dengan membuka ruang fiskal semaksimal mungkin bagi inisiatif pemerintahan baru mendatang. Oleh sebab itu, anggaran akan disusun berdasarkan pengeluaran standar yang ada.

”Yang penting adalah memberi ruang seluas-luasnya kepada pemerintahan yang baru kalau ingin melakukan perubahan sesuai dengan visi-misi presiden baru,” kata Ketua Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Golongan Karya Ahmadi Noor Supit, di Jakarta, Kamis (20/2/2014).

Salah satu acuan penyusunan APBN 2015, menurut Ahmadi, adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

Alokasi anggaran berikut program dalam APBN 2015, menurut Ahmadi, mesti disusun secara standar. Hal itu misalnya untuk tujuan mengurangi pengangguran dan memberantas kemiskinan.

”Kalau baseline (garis dasar) tahun 2014, takutnya beda dengan visi-misi presiden terpilih. Jadi sesuaikan saja dengan amanat konstitusi dan pembangunan jangka panjang. Ini pegangan utama pembuatan APBN 2015,” kata Ahmadi.

Apabila ada pengembangan dan penajaman oleh pemerintah baru, Ahmadi melanjutkan, bisa dilakukan melalui APBN Perubahan pada awal tahun, bisa Januari, Februari, atau Maret.
Bisa membuat program

Menteri Keuangan M Chatib Basri menyatakan, alokasi anggaran disusun berdasarkan standar pengeluaran yang ada selama ini. Anggaran standar, misalnya, alokasi untuk subsidi energi. Program lain yang bersifat tidak mengikat dan menyedot anggaran besar tidak akan dialokasikan.

”Pengeluaran kementerian dan lembaga negara sesuai dengan pertumbuhan alaminya saja sehingga ada ruang fiskal yang besar bagi pemerintahan baru jika ada inisiatif baru. Dibuka sebesar-besarnya ruang supaya pemerintahan baru bisa membuat program,” kata Chatib.

Pembahasan awal Rancangan APBN 2014 akan digelar Mei. Artinya, proses penyusunan sampai dengan pengesahan APBN 2014 dilakukan pemerintahan dan DPR periode 2009-2014. Pemerintahan baru sebagai pengguna anggaran bisa melakukan perubahan pada awal tahun bersama dengan DPR periode 2014-2019.

Chatib menambahkan, pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berusaha mengurangi defisit transaksi berjalan sampai 2-2,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) akhir tahun 2014. Dengan demikian, pemerintahan baru mempunyai ruang untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi tahun 2015, diharapkan di atas 6 persen.

Defisit transaksi berjalan triwulan II-2013 terlalu besar, yakni 9,8 miliar dollar AS atau 4,4 persen terhadap PDB. Komplikasinya luas. Salah satunya nilai rupiah melemah.

Guna mengurangi defisit transaksi berjalan secara bertahap, pemerintah dan Bank Indonesia menerapkan kebijakan fiskal dan moneter ketat selama tahun 2013-2014. Konsekuensinya, pertumbuhan ekonomi tidak bisa maksimal. Pertumbuhan tahun 2013 adalah 5,78 persen dan tahun 2014 diproyeksikan 5,8-6 persen. (LAS)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com