Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gangguan Distribusi Barang Picu Inflasi di Daerah

Kompas.com - 21/04/2014, 13:14 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menyatakan, secara umum inflasi di daerah-daerah di Tanah Air tidak bersinggungan langsung ke proses produksi. Akan tetapi, distribusi dinilai menjadi faktor pemicu inflasi.

"Umumnya inflasi daerah tidak berkaitan langsung dengan kegiatan produksi. Umumnya produksi kita cukup, baik melalui produksi dalam negeri maupun impor, namun terkadang gangguan lebih ke teknis," kata Hatta di Kantor Pusat BI, Senin (21/4/2014).

Gangguan teknis tersebut, jelas Hatta, maksudnya adalah gangguan distribusi, misalnya akibat transportasi. Inilah yang menyebabkan lambatnya pasokan barang tiba di daerah tujuan, sehingga inflasi tak dapat terhindar. Bila persoalan ini dibiarkan, maka akan mengakibatkan persoalan harga.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengungkapkan di tengah capaian positif inflasi Indonesia, masih terdapat beberapa hal yang masih harus diperhatikan, salah satunya adalah inflasi akibat harga pangan.

"Khususnya kelompok volatile food. Kendati sudah lebih baik, tapi masih tergolong tinggi. Yang masih tinggi itu di kawasan timur Indonesia, seperti di Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara," ujar Agus.

Inflasi akibat harga pangan di daerah-daerah tersebut, dinilai Agus masih tinggi, hingga mencapai kisaran 9 persen secara year on year. Selain itu, beberapa komponen pangan seperti beras, kedelai, dan beberapa jenis bumbu pun masih rentan terhadap gejolak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Whats New
Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Whats New
Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com