Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Ini yang Harus Dilakukan RI

Kompas.com - 05/05/2014, 17:18 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2014 mengalami perlambatan dan meleset jauh dari prediksi banyak orang, di level 5,21 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menengarai, ada empat faktor penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Pertama, adalah pelarangan ekspor bijih mineral mentah, dan kedua adalah penurunan produksi sektor pertanian khususnya tanaman bahana makanan karena cuaca buruk. Suryamin juga menyebut, adanya perlambatan di sektor perdagangan akibat terdampak kebijakan di sektor pertambangan, dan terakhir adalah perlambatan laju pertumbuhan di sektor perbankan.

Melihat pencapaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 dan empat faktor penyebabnya, analis BPS, Suhariyanto mengatakan, pada dasarnya pelarangan ekspor mineral mentah merupakan kebijakan yang cukup baik untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Namun, untuk mengkompensasi kemungkinan perlambatan serupa terulang di kuartal II-2014, dia menyarankan beberapa hal.

“Sebenarnya dalam jangka panjang larangan ini bagus, agar kita tidak mengekspor barang mentah. Tapi mungkin awal-awalnya, ya saya kira 5,21 itu enggak buruk. Tapi triwulan II, III, IV kita optimistis ada perubahan. Kita bisa mengandalkan tekstil, pakaian jadi, barang kerajian. Kita enggak harus bergantung ke HS 26 (bijih-bijih kerak, dan abu). Kita bisa meningkatkan pasar, membuka pasar, mengembangkan,” jelasnya, ditemui di Kantor Pusat BPS, Senin (5/5/2014).

Selain itu, industri pengolahan dan pertanian juga perlu ditingkatkan. Dia mengatakan, saat ini industri masih bergantung pada bahan baku impor. Seandainya, lanjut dia, bahan baku tersebut dapat disuplai dari domestik, maka itu akan sangat membantu.

“Industri dan pertanian harus kita genjot karena ada sebagian besar tenaga kerja kita di sana. Ke depan kita harus mikir ke sana,” ucapnya.

Ditemui terpisah, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Lukita Dinarsyah Tuwo membenarkan bahwa tidak bisa dipungkiri terjadi pergeseran dari sektor primer ke sekunder. Salah satu indikasinya adalah pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian menuju sektor perdagangan, dan sektor sekunder lain.

Meskipun demikian, dia menegaskan seharusnya, sektor primer, sekunder dan tersier saling mengait satu dengan yang lainnya. “Kita harus memperkuat primer, supaya menghasilkan produk primer yang baik, sehingga begitu diolah di industri pengolahan bisa menghasilkan nilai tambah yang begitu besar,” kata Lukita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Gelontorkan Rp 46,6 miliar untuk Teknologi Modern Budidaya Ikan Nila Salin

KKP Gelontorkan Rp 46,6 miliar untuk Teknologi Modern Budidaya Ikan Nila Salin

Whats New
Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Ini Alasannya

OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Whats New
Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com