Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, surplus terjadi karena kondisi perekonomian yang memungkinkan terjadinya surplus akibat. Hal itu diklaim sebagai hasil dari kebijakan yang diambil BI.
"Operasional BI membuat kondisi misalnya defisit, memang harus begitu. Tugas kami adalah menjaga stabilitas. Kondisi ekonomi dan makro dan indikator-indikator, membuat perjalanan kami tahun 2013 menghasilkan surplus Rp 37,4 triliun. Itu cukup signifikan," kata Tirta di Jakarta, Jumat (23/5/2014).
Tirta menjelaskan surplus laporan keuangan bank sentral disebabkan beban pengelolaan moneter yang mengalami sedikit penurunan. Sebelumnya pada tahun 2009 hingga 2011, laporan keuangan BI selalu tercatat defisit.
"Pada tahun 2009, defisit Rp 1 triliun, 2010 defisit Rp 21 triliun dan 2011 defisit Rp 25 triliun. Tapi itulah tugas BI yang dilaksanakan, sehingga kadang kita defisit. Indikator ekonomi yang menjadikan seperti itu," ujar Tirta.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Departemen Keuangan Internal BI Ahmad Hidayat mengungkapkan anggaran operasional BI selalu diawasi dan harus disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), BPK, dan Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI).
"Ini merupakan bentuk transparansi dan akuntabilitas kita ke publik," kata diaSecara fiskal masih rugi sehingga belum bayar pajak. Tahun ini kita bayar pajak Rp 601 miliar. BI merupakan sedikit dari bank sentral di dunia yang bayar pajak," ujar Ahmad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.