Untuk menghadapi tantangan tersebut, mantan Menteri Negara BUMN yang juga staf ahli Wakil Presiden, Sofyan Djalil memiliki kriteria sendiri mengenai kepemimpinan Indonesia kedepan. Menurutnya, Indonesia saat ini membutuhkan Presiden yang “hands-on” alias pemimpin yang memiliki partisipasi aktif sebagai kebalikan kerja teoritis.
“Tantangan kita banyak, Saat ini kita butuh pemimpin yang hands-on,” ujar Sofyan Djalil di Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Sofyan mengatakan, saat ini kepemimpinan nasional tidak memiliki sifat “hands-on”. Contoh konkrit menurutnya, saat pemerintah tidak memanfaatkan peluncuran UU BPJS untuk menjamin hidup buruh yang saat ini tertekan oleh UU ketenagakerjaan.
“Saat ini buruh tidak memiliki penjaminan yang baik. Sebetulnya, pemerintahan SBY punya momentum untuk menggelar itu, belum lama ini ada UU BPJS yang seharusnya dimanfaatkan untuk penjaminan buruh. Tetapi itu tidak dilakukan karena SBY bukan pemimpin yang hands-on,” katanya.
Mencari pemimpin yang “hands-on” menurut Sofyan memang tidak mudah. Tetapi bisa ditemukan apabila masyarakat mampu melihat track record kepemimpinan tokoh tersebut. Dengan nama Capres yang mengerucut menjadi dua yaitu Prabowo dan Jokowi, Sofyan berpesan agar masyarakat benar-benar melihat kedua tokoh tersebut secara menyeluruh tidak setengah-setengah sehingga mampu memilih mana yang terbaik memimpin negeri ini lima tahun yang akan datang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.