Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramayana Jual Robinson

Kompas.com - 05/06/2014, 14:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) mengundang investor masuk ke bisnis supermarket berlabel Robinson terus bergulir. Perusahaan ini juga sudah menunjuk CIMB Niaga sebagai penjamin emisi (underwriter).

Hingga kini, peritel ini masih menjajaki dua opsi ekspansi. Opsi pertama, Ramayana akan menggandeng investor untuk membentuk perusahaan patungan. Nantinya RALS ingin menguasai saham mayoritas.

Opsi kedua, Ramayana akan mendivestasi alias melepas kepemilikan supermarket Robinson kepada investor. "Kami lebih condong pada opsi kedua," ungkap Setyadi Surya, Direktur PT Ramayana Makmur Sentosa, induk usaha RALS ketika ditemui KONTAN, Rabu (4/6/2014).

Namun Ramayana tidak akan melepas bisnis supermarket begitu saja. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon investor. Diantaranya harus bisa mengembangkan bisnis supermarket seiring dengan department store. Calon investor juga harus kenal pasar Indonesia, khususnya kelas menengah bawah yang menjadi target pasar dari Robinson maupun Ramayana.

Meski masih merahasiakan identitas calon investor, Setyadi mengklaim, banyak investor asing yang mengincar supermarket Robinson. "Antara lain investor dari Jepang, Korea Selatan, dan Singapura," ujarnya mengklaim.

Maklum, jaringan supermarket Ramayana sudah cukup luas. Saat ini perusahaan sudah mengoperasikan lebih dari 80 gerai supermarket di bawah bendera Robinson.

Adapun jumlah gerai dalam bendera Ramayana sampai dengan kuartal I-2014 mencapai 118 gerai. Jumlah gerai ini meliputi department store Ramayana, department store Robinson, supermarket Robinson, serta department store Cahaya.

Ramayana sendiri tidak menentukan tenggat waktu kapan divestasi supermarket Robinson ini harus rampung. Yang jelas, RALS ingin mengajak investor masuk ke bisnis supermarket karena saat ini merasa kesulitan menggapai target bisnis. Investor diharapkan membawa angin segar bagi bisnis supermarket.

Ekspansi gerai lambat

Sebagai catatan tahun ini, RALS mematok target margin kotor supermarket sebesar 11 persen-12 persen, lebih rendah dari margin kotor department store yakni 29 persen-30 persen. "Selama ini target belum pernah tercapai dan masih harus disubsidi silang oleh department store," terang Setyadi.

Padahal margin kotor ini harus dikurangi biaya tenaga kerja sebesar 6 persen-7 persen dan sewa gerai 4 persen-5 persen.

RALS belum membuka nominal yang akan ditawarkan kepada investor. Namun sebagai gambaran, saban tahunnya supermarket bisa meraup penjualan senilai Rp 2 triliun.

Di sisi lain, Setyadi mengakui, pasar ritel kelas menengah bawah selama tiga tahun belakangan ini tidak menggembirakan. Pasalnya, lebih dari separuh gerai department store Ramayana berada di luar pulau Jawa. "Kalau pasar kelapa sawit melemah, penjualan kami juga ikut terpukul," paparnya.

Makanya, ekspansi gerai baru Ramayana juga seret. Sejak awal 2014 belum ada pembukaan gerai baru. Padahal, RALS berencana menambah enam gerai Ramayana sepanjang 2014. Antara lain di Bogor, Depok, Tangerang, Bandung, Solo, dan Malang. Untuk mendukung ekspansi bisnis tesebut, Ramayana menyiapkan belanja modal Rp 300 miliar–Rp 400 miliar.

Selama tiga bulan pertama tahun ini, Ramayana mengantongi pendapatan Rp 1,18 triliun, atau naik 9,42 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2013. Namun laba justru menyusut 2,45 persen menjadi Rp 38,571 miliar. (Adisti Dini Indreswari, Markus Sumartomdjon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com