Pertama adalah, ketersediaan produksi pangan nasional lebih rendah dibanding kebutuhan. "Bayangkan dari 250 juta, negara kita hanya bisa mencukupi 100 juta orang. Artinya kondisi pangan 150 juta orang tergantung impor," kata anggota DPR dari Fraksi Gerindra itu, dalam sebuah diskusi pertanian, di Jakarta, Sabtu (21/6/2014).
Adapun alasan kedua adalah mahalnya harga pangan. Sebesar 60 persen pendapatan masyarakat, dipergunakan untuk membayar kebutuhan pangan. Sisanya untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Hal ini masih tinggi dibanding negara tetangga, seperti Malaysia (32 persen), atau Korea Selatan (10 persen).
"Sehingga orang-orang Malaysia, Korea punya tabungan cukup banyak. Kita karena barangnnya enggak ada, harus impor, harga mahal, tabungan masyarakat sedikit," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, alasan ketiga adalah kesejahteraan rakyat. Mayoritas rakyat miskin bergantung di sektor pertanian, sementara anggaran yang digulirkan pemerintah masih minim.
Tahun lalu anggaran di sektor pertanian tidak lebih dari 2,3 persen dari seluruh anggaran. "Untuk itu pasangan nomor 1 Prabowo-Hatta membuat isu strategis pertanian menjadi yang utama," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.