Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Harus Berbagi Beban APBN dengan Jokowi

Kompas.com - 23/07/2014, 21:44 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bisa membantu pemerintahan Joko Widodo mendatang dalam kaitannya menjaga defisit APBN.

Managing Director and Senior Standar Chartered Bank, Fauzi Ichsan mengatakan, caranya adalah dengan berbagi beban subsidi bahan bakar minyak (BBM). "Agustus-September, jika mau, SBY bisa menaikkan harga BBM bersubsidi supaya beban APBN yang diberikan ke Joko Widodo tidak terlalu berat. Ada wacana SBY naikkan setengah, lalu Jokowi naikkan lagi. Tapi semua ini masih wacana," kata Fauzi kepada wartawan, pada Rabu (23/7/2014) malam.

Fauzi menambahkan, saat ini selisih antara harga BBM bersubidi dengan harga keekonomian mencapai 45 persen. Impor minyak olahan seharga Rp 11.500 per liter, sementara harga bensin di Indonesia dibanderol hanya Rp 6.500 per liter. Padahal, subsidi BBM ini diprediksi membengkak di tahun mendatang.

Kondisi ini tentu saja akan menggerus kemampuan fiskal pemerintah untuk kebutuhan yang lebih produktif. "Jadi salah satu wacana, pemerintah SBY naikkan 20 persen, Jokowi 20 persen. Karena begini, ada pembayaran subsidi BBM yang akan dibayar 2015, kalau tidak salah Rp 46 hingga Rp 50 triliun. Dan itu akan membebani APBN Presiden baru. Kalau pemerintah SBY menaikkan, itu akan mengurangi beban," jelasnya.

Di sisi lain, menurutnya dalam 12-18 bulan ke depan adalah masa konsolidasi fiskal. Sehingga, tidak mungkin di tahun depan pemerintahan Jokowi akan terlampau ekspansif. Kalaupun SBY menaikkan harga BBM pada tahun ini, Jokowi pun harus mengikutinya. Menurutnya, paling lambat pemerintahan Jokowi bisa menaikkan harga BBM pada Juni 2015.

Economist Standard Chartered Bank Eric Sugandi menjelaskan, pada periode tersebut inflasi terbilang rendah, didorong panen raya. "Kalau Pak SBY naikkan pada Agustus-September, tekanan inflasi akibat libur dan Lebaran sudah turun. Kalaupun ada kenaikan inflasi lagi, perkiraan menjadi 8 persen hingga akhir tahun. Namun biasanya dampak kenaikan harga BBM hanya 3 bulan," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com