Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iseng Membuat Keripik dari Daun, Sri Lestari Raih Keuntungan Puluhan Juta

Kompas.com - 06/08/2014, 14:47 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Berawal dari membuat camilan untuk keluarga, Sri Lestari Murdaningsih (46),  warga Pedukuhan Sumberwatu, Sambirejo, Kabupaten Sleman, kini sukses mengembangkan usaha keripik daun dan beromzet puluhan juta rupiah per bulan.

Tepatnya tahun 2007, ibu rumah tangga yang saat itu bekerja sebagai pengawas tempat kursus jahit ini membuat keripik daun bayam dan daun singkong untuk camilan keluarga. Namun karena saat itu terlalu banyak, Sri Lestari memutuskan membungkus sebagian dengan plastik hingga menjadi 20 bungkus.

Ia lalu iseng-iseng menitipkan keripik yang sudah dibungkus ke warung-warung di dekat rumah.
Tanpa disangka, antusiasme terhadap keripik daun buatannya cukup luar biasa. Semua keripik daun bayam dan singkong yang dititipkannya habis terjual.

"Saya terkejut banyak yang suka. Saat itu hanya membuat camilan, tetapi terlalu banyak," ujar Sri Lestari Murdaningsih (46), saat ditemui di rumahnya, Sabtu (2/8/2014).

Melihat peluang itu, Sri Lestari lantas mencoba membuat keripik lagi. Kali ini, ia mencoba tambahan keripik daun kemangi. Tiga daun itu (daun singkong, bayam, dan kemangi) diolah, lalu kembali dipasarkan. Kali ini, ia coba menitipkan keripik ke beberapa toko oleh-oleh yang ada di jalan Solo-Yogya. Akhirnya, dalam waktu singkat, keripik daun titipannya habis dijual.

"Dari situ awal saya memutuskan keluar kerja dan konsentrasi menekuni usaha keripik daun ini. Ya meski belum seberapa, tetapi lumayan untuk tambah-tambah penghasilan," ucapnya.

Setelah 1,5 tahun berjalan, Sri berupaya melakukan inovasi dengan menambah jenis keripik. Tujuannya agar pembeli mempunyai banyak pilihan keripik daun. Setelah itu, tercetuslah ide keripik daun sirih, daun seledri, daun kenikir, terong, dan pare.

"Orang zaman dulu kan makan sirih. Perempuan sekarang malah tidak mau. Dari situ muncul ide keripik daun sirih. Kalau kemangi biasanya hanya untuk lalapan, sekarang ada keripiknya," urainya.

Awalnya, semua bahan daun untuk keripik bisa didapat di halaman sekitar rumah. Namun, ketika permintaan mulai banyak, maka mau tidak mau ia harus membeli di pasar.

"Berkali-kali gagal untuk mendapat komposisi yang pas, tetapi akhirnya dapat juga komposisi untuk pare dan daun sirih yang rasa dasarnya pahit," tekannya.

Tiga tahun berjalan, pemasaran keripik daun buatannya mulai meluas. Para pedagang dari beberapa daerah, seperti Bantul, Sleman, Klaten, dan Solo, datang langsung ke rumah. Bahkan, Sri Lestari sering kali mendapat pesanan dari luar Jawa, seperti dari Bali sampai Sumatera.

Jika musim liburan, wisatawan lokal ataupun asing pun rela datang ke rumahnya, meski harus melewati bukit belakang Candi Ratu Boko dan jalan perdesaan.

Saat ini, Sri Lestari memiliki tiga karyawan dan per hari mampu memproduksi lebih dari 40 kg keripik berbagai rasa. Keripik tersebut dijual dengan harga Rp 5.000 per 2 ons untuk jenis daun bayam dan daun singkong. Adapun keripik daun kemangi, daun sirih, daun seledri, daun kenikir, terong, dan pare dihargai Rp 8.000 per 2 ons.

Per kilonya, keripik bayam dan singkong dijual Rp 35.000. Sementara itu, keripik kemangi, daun sirih, daun seledri, daun kenikir, terong, dan pare dijual Rp 40.000 per kilo. "Tengkulak saja satu hari langsung mengambil 35 kg sampai 40 kg. Stok sehari sering habis, padahal wisatawan belum (membeli)," kata Sri Lestari.

Keistimewaan keripik buatan Sri Lestari, selain menggunakan bahan dari daun-daunan dan sayur-sayuran, juga karena proses penggorengannya menggunakan kayu bakar sehingga cita rasanya khas. "Ya lumayan untuk menambah ekonomi keluarga. Per hari bisa Rp 1 juta, kalau sebulan ya tinggal dikalikan 30 hari saja," tuturnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com