Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom AJukan Lima Opsi Sebelum Jokowi Naikkan Harga BBM Bersubsidi

Kompas.com - 09/09/2014, 19:43 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga BBM bersubsidi dipercaya akan membuat masyarakat yang hampir miskin menjadi benar-benar miskin dan ketimpangan ekonomi akan terus melebar. Hal tersebut harus dihadapi olah presiden terpilih Jokowi di awal pemerintahannya.

Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy mengajukan lima opsi yang bisa diambil presiden terpilih Joko Widodo jika memang tidak ingin menaikkan harga BBM bersubsidi. "Pertama, perbaiki tingkat kepatuhan pajak yang rendah. Punya kesempatan jangan berikan kesempatan perusahaan lakukan strategi tranfer pricing. Jangan biarkan restitusi pajak atau manipulasi pajak," kata Ichsanuddin di Jakarta, Selasa (9/9/2014).

Dia menuturkan, opsi kedua adalah melakukan optimalisasi belanja. Menurut dia, penyerapan anggaran di kuartal terakhir banyak namun sia-sia karena terlalu banyak perjalanan dinas. Ketiga kata Icshanuddin, Jokowi harus memberhentikan penjualan otomotif di Jawa, dan mengalihkannya ke luar pulau Jawa dan mengekspornya. Hal tersebut dilakukan karena lifting minyak relatif terus menurun.

Keempat, sesegera mungkin melakukan konversi BBM ke BBG. Dia yakin Jokowi mampu melakukan konversi karena Jokowi mampu membuka SPBG di Jakarta. "Pada saat yang sama perbaiki lalu lintas, lalu lintasnya membaik. Koversi dilakukan dan trasnportasi dilakuikan," kata dia.

Selanjutnya yang kelima menurut Ichsanuddin adalah dengan mengganti pembangkit listrik disel menjadi pembangkit listrik tenaga gas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com