Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos AirAsia Kritik Kebijakan RI terkait Bea Masuk Impor Komponen Pesawat

Kompas.com - 15/09/2014, 16:37 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Biaya operasional maskapai penerbangan tidak sedikit. Biaya terbesar disumbang avtur, kemudian disusul komponen pesawat. Komponen tersebut haruus diimpor dan dikenakan bea masuk yang cukup besar.

CEO AirAsia Group Tony Fernandes mengatakan, mengenakan bea masuk untuk impor komponen pesawat bukanlah sesuatu yang masuk akal. "Mengenakan bea masuk untuk suku cadang tidak masuk akal. Tidak ada di dunia ini yang mengenakan itu," kata Tony di Jakarta, Senin (15/9/2014).

Menurut Tony, seluruh pelaku industri penerbangan di Indonesia menghasilkan uang, kecuali maskapai. Padahal, lanjut dia, industri ini sangat menopang ekonomi negara.

"Sebenarnya penerbangan berkontribusi sangat banyak kepada ekonomi dan kami ingin membuat penerbangan lebih murah, sehingga ketika Anda memberikan harga murah, penumpang akan datang," ujar Tony.

Untuk itu, Tony meminta tiga hal kepada Pemerintah Indonesia. Pertama, bea masuk impor komponen pesawat harus dihapuskan. Kedua, harga avtur yang disediakan PT Pertamina. Selama ini, harga avtur yang dipatok di Indonesia dipandangnya berbeda dengan harga yang diberlakukan di negara lain.

"Kami pikir (harga avtur) sebaiknya lebih rendah karena kami bisa melihat harga yang berlaku di seluruh dunia. Hal lain adalah pengenaan biaya airport (airport tax). Biaya airport hampir 50 persen dari harga tiket maskapai kami," ujar Tony.

Informasi saja, biaya avtur membebani biaya industri penerbangan kira-kira sebesar 50 persen. Adapun biaya untuk komponen pesawat memakan porsi sebesar 20 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com